Mau Beli Bakso Malah Diganggu Kuntilanak
LAGI pengen makan bakso, tiba-tiba tetangga ngasih bakso selama dua hari berturut-turut. Bakso yang dikasih adalah bakso yang ada di sebrang rumah sakit karena kebetulan tetangga kerjanya di rumah sakit. Bakso yang di sebrang rumas sakit setahu saya punya cabang satu lagi di dekat kampus.
Jujur, saya belum pernah beli bakso yang di sebrang ruma sakit. Kalau yang di dekat kampus pernah. Dulu waktu saya dekat dengan salah satu mahasiswi sempat dua kali ditraktir makan bakso di sana. Rasa baksonya cukup enak. Apalagi kalau dikasih atau ditraktir. Enaknya jadi double.
Ngomongin soal bakso. Saya teringat bakso zaman dulu waktu saya kecil. Saya punya langganan namanya bakso Lukman. Waktu itu harga permangkuknya 100 perak. Kemudian naik 200 perak. Terus naik lagi jadi 500 perak. Mie bakso zaman dulu harganya masih di bawah harga mie ayam.
Waktu bakso Lukman harganya 200 perak. Harga mie ayam sudah 350 perak. Seiring berjalannya waktu, entah karena persaingan dagang atau harga-harga bahan pokok di pasar mulai melonjak, tiba-tiba harga bakso Lukman nyalip jadi 500 perak. Harga mie ayam masih 400 perak. Cuma di beberapa tempat sudah ada yang naikin harganya jadi 500 perak.
Jangan dibayangin gimana suasana beli bakso zaman dulu dengan beli bakso zaman sekarang. Dulu jualan bakso kebanyakan masih keliling. Ada yang pakai gerobak ada juga yang pakai tanggungan. Yang mangkal paling satu dua. Itu juga kebanyakan mangkalnya di lokasi strategis. Bakso Lukman waktu itu jualannya keliling menggunakan gerobak.
Beda dengan zaman sekarang. Yang mangkal dan keliling jumlahnya hampir sama. Belum dengan yang jualan menggunakan mobil atau motor. Di kampung mertua misalnya, jualan baksonya menggunakan mobil dan motor. Mungkin disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerahnya yang masih pegunungan.
Saya tidak tahu. Zaman sekarang pernah ada yang diganggu hantu nggak waktu mau beli bakso. Kalau dulu saya pernah. Waktu itu saya mau beli bakso Lukman. Ceritanya waktu itu malam jumat. Habis sholat isya saya diajak beli bakso oleh saudara saya. Kita jalan kaki berdua melewati jalanan sepi. Nggak ada siapa-siapa.
Nah, kurang lebih 500 meter sebelum sampai ke tempat bakso Lukman mangkal. Tiba-tiba saya melihat perempuan rambut panjang menggunakan handuk warna putih. Nyebrang dari kanan ke kiri. Saya masih ingat. Di lokasi tersebut, sebelah kanan ada kolam besar. Sebelah kirinya ada kolam kecil. Di kolam kecil itu ada pemandian umum tempat orang mandi.
Begitu sampai di lokasi perempuan lewat tadi. Saya langsung noleh ke arah kiri lihat ke pemandian umum. Di sana nggak ada siapa-siapa. Saya ceritain saja ke saudara saya, kalau tadi ada perempuan lewat. Saudara saya langsung bilang. Sudah jangan lihat ke sana kemari. Fokus saja lihat ke jalan.
Belakangan saya baru ngeh. Kalau yang lewat itu sepertinya kuntilanak. Saya bisa melihatnya karena masih anak-anak. Sementara saudara saya sudah gede, sudah menikah. Gara-gara diganggu kuntilanak. Bakso Lukman yang rasanya enak, begitu saya makan, rasanya jadi nggak enak.
Jujur, saya belum pernah beli bakso yang di sebrang ruma sakit. Kalau yang di dekat kampus pernah. Dulu waktu saya dekat dengan salah satu mahasiswi sempat dua kali ditraktir makan bakso di sana. Rasa baksonya cukup enak. Apalagi kalau dikasih atau ditraktir. Enaknya jadi double.
Ngomongin soal bakso. Saya teringat bakso zaman dulu waktu saya kecil. Saya punya langganan namanya bakso Lukman. Waktu itu harga permangkuknya 100 perak. Kemudian naik 200 perak. Terus naik lagi jadi 500 perak. Mie bakso zaman dulu harganya masih di bawah harga mie ayam.
Waktu bakso Lukman harganya 200 perak. Harga mie ayam sudah 350 perak. Seiring berjalannya waktu, entah karena persaingan dagang atau harga-harga bahan pokok di pasar mulai melonjak, tiba-tiba harga bakso Lukman nyalip jadi 500 perak. Harga mie ayam masih 400 perak. Cuma di beberapa tempat sudah ada yang naikin harganya jadi 500 perak.
Jangan dibayangin gimana suasana beli bakso zaman dulu dengan beli bakso zaman sekarang. Dulu jualan bakso kebanyakan masih keliling. Ada yang pakai gerobak ada juga yang pakai tanggungan. Yang mangkal paling satu dua. Itu juga kebanyakan mangkalnya di lokasi strategis. Bakso Lukman waktu itu jualannya keliling menggunakan gerobak.
Beda dengan zaman sekarang. Yang mangkal dan keliling jumlahnya hampir sama. Belum dengan yang jualan menggunakan mobil atau motor. Di kampung mertua misalnya, jualan baksonya menggunakan mobil dan motor. Mungkin disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerahnya yang masih pegunungan.
Saya tidak tahu. Zaman sekarang pernah ada yang diganggu hantu nggak waktu mau beli bakso. Kalau dulu saya pernah. Waktu itu saya mau beli bakso Lukman. Ceritanya waktu itu malam jumat. Habis sholat isya saya diajak beli bakso oleh saudara saya. Kita jalan kaki berdua melewati jalanan sepi. Nggak ada siapa-siapa.
Nah, kurang lebih 500 meter sebelum sampai ke tempat bakso Lukman mangkal. Tiba-tiba saya melihat perempuan rambut panjang menggunakan handuk warna putih. Nyebrang dari kanan ke kiri. Saya masih ingat. Di lokasi tersebut, sebelah kanan ada kolam besar. Sebelah kirinya ada kolam kecil. Di kolam kecil itu ada pemandian umum tempat orang mandi.
Begitu sampai di lokasi perempuan lewat tadi. Saya langsung noleh ke arah kiri lihat ke pemandian umum. Di sana nggak ada siapa-siapa. Saya ceritain saja ke saudara saya, kalau tadi ada perempuan lewat. Saudara saya langsung bilang. Sudah jangan lihat ke sana kemari. Fokus saja lihat ke jalan.
Belakangan saya baru ngeh. Kalau yang lewat itu sepertinya kuntilanak. Saya bisa melihatnya karena masih anak-anak. Sementara saudara saya sudah gede, sudah menikah. Gara-gara diganggu kuntilanak. Bakso Lukman yang rasanya enak, begitu saya makan, rasanya jadi nggak enak.