Hidup Saya Tidak Bisa Lepas dari Radio

HIDUP saya tidak bisa lepas dari radio. Pagi, siang, sore, malam, bahkan pernah mengalami masa di mana setiap hari saya bergadang sampai dini hari dengerin lagu-lagu favourit di radio.

Lewat radio, saya mengikuti perjalanan karir grup band Caffeine dari awal merintis sampai terkenal. Lagu yang berjudul "Kau yang telah pergi" lirik aslinya bukan yang sekarang kita dengar.

Saking cintanya sama radio, saya pernah ikut program reguler Mc and Broadcasting di salah satu kampus. Meski tidak jadi penyiar radio (apalagi Mc) beneran, sedikitnya saya tahu public speaking, tehnik vocal, pitch control, dan tehnik advertising.

Hidup-Saya-Tidak-Bisa-Lepas-dari-Radio.jpg

Sama mentor yang merupakan Mc dan penyiar radio terkenal, yang salah satunya sekarang sudah almarhum, saya dikasih bocoran berapa tarif manggung grup band Dewa 19, Peterpan (sekarang Noah), Sheila on 7, pada saat itu.

Ada kisah lucu, saya pernah ikut sebuah komunitas sastra, di mana salah satu anggotanya ternyata penyiar radio di salah satu stasion radio terkenal. Lucunya, belakangan saya baru tahu, penyiar radio tersebut ternyata gebetan teman saya waktu SD.

Hidup-Saya-Tidak-Bisa-Lepas-dari-Radio.jpg

Balik lagi ke soal radio. Yang namanya habit itu susah untuk dihilangkan. Sempat beberapa tahun tidak mendengarkan radio, sekarang saya balik lagi jadi suka dengerin radio.

Jika kemarin-kemarin saya dengerin radio lewat Polytron kesayangan. Berhubung tombol volumenya sudah rusak. Suka mengecil dan mengeras sendiri. Belakangan saya lagi keranjingan dengerin radio lewat live sreaming.

Anyway, meski sekarang ada Youtube buat nonton video clip dan live konser grup band favourit. Buat saya pribadi, dengerin musik di radio, vibes-nya sangat berbeda.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url