Filter dan Sensor Diri Buat Mendeteksi Aura Negatif

BIAR nggak dikira omon-omon. Artikel yang kemarin saya lanjutin. Kali ini saya akan kasih contoh bagaimana dua orang yang suka berpikir negatif dan positif berpengaruh terhadap kehidupan kita. Di sini saya akan berbagi cerita, murni berdasarkan pengalaman pribadi. Mudah-mudahan apa yang saya ceritakan ini bisa menjadi pelajaran buat teman-teman. Barangkali pengalaman saya ini relate dengan apa yang sedang teman-teman rasakan saat ini.

Saya mulai dari orang yang suka berpikir negatif dulu. Saya kenal dengan suami istri yang dulu katanya usahanya maju. Sekarang bangkrut karena suaminya suka main judi dan main burung. Soal judi dan main burungnya kita skip. Kita bahas soal attitude suami istri ini. Suami istri ini pada dasarnya orangnya baik. Ramah. Sering bantu orang. Si suami kebetulan menjabat sebagai kepala dusun. Tiap hari suka ada warga yang minta dibikinin surat-surat seperti KTP, Kartu Keluarga, dan sertifikat.

Filter-dan-Sensor-Diri-Buat-Mendeteksi-Aura-Negatif.jpg

Yang jadi masalah, karena kondisi ekonominya sedang terpuruk. Setiap saya main ke rumahnya. Kalau kita lagi ngobrol kalimat-kalimat yang mereka ucapkan selalu bernada negatif. Sering mengeluh dan ngomongin orang. Efeknya tempo hari waktu saya bantu cariin konsumen buat sewaan warungnya. Bukannya saya dapat komisi dari sewaan warung miliknya. Hp saya malah jatuh, layarnya retak, LCD-nya kena.

Yang bikin saya ngenes. Konsumen yang mau nyurvey warungnya sudah jauh-jauh datang dari luar kota. Begitu sampai di lokasi, minta sharelock. Nggak dikasih. Nggak dijemput. Anaknya malah pergi ke pasar. Suami istri tersebut malah diam di rumah nggak nemuin konsumen yang sudah nunggu lama di sebuah masjid. Kemarin, waktu saya main ke rumahnya, suaminya lagi sakit mau dibawa berobat ke klinik menggunakan becak.

Filter-dan-Sensor-Diri-Buat-Mendeteksi-Aura-Negatif.jpg

Sekarang kita lanjut sama orang yang suka berpikir positif. Saya kenal dengan tukang ojek yang dulu suka nganter paket majikannya ke JNE. Belakangan, saya sering kerjasama bisnis dengan dia. Meski dia berprofesi sebagai tukang ojek. Attitude dia sangat baik. Saat kita ngobrol dia tidak pernah mengucapkan kata-kata negatif. Yang bikin saya kagum, profesi boleh sebagai tukang ojek. Tapi pakaian harus rapih. Setiap hari dia selalu mengenakan kemeja tangan panjang.

Karena tukang ojek itu selalu bersikap positif. Efeknya kerjasama bisnis dengan dia beberapa ada yang berhasil. Salah satunya saya pernah dapat komisi lumayan besar dari hasil jual rumah punya tetangganya. Yang terbaru kemarin kita dapat komisi dari hasil sewa lapak untuk penjual buah. Saya senang menjalin kerjasama bisnis dengan dia. Dia orangnya tidak pernah mengeluh. Nggak pernah ngomongin orang. Duit pun jadinya mengalir lancar.

Nah, dari dua kenalan yang saya ceritakan di atas. Dari pengalaman-pengalaman yang saya rasakan selama berhubungan dengan mereka. Saya berani mengambil kesimpulan bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan gaya hidup kita. Jadi, seperti yang sudah saya bahas di artikel kemarin, kita harus punya filter dan sensor diri buat mendeteksi aura negatif dan positif dari orang-orang yang kita kenal selama ini. Filter dan sensor diri harus selalu aktif biar kehidupan kita ke depannya semakin lebih baik.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url