Cabut dari Kontrakan, Saya jadi Teringat Roda Kehidupan yang Berputar
MESKI faktanya baru terlihat sekian puluh tahun. Roda kehidupan ternyata benar-benar berputar. Saya menyaksikannya sendiri. Dengan mata kepala saya sendiri. Padahal seingat saya, dulu sedikitpun saya tidak pernah meminta, berharap, apalagi sampai berdoa harus jadi saksi tentang ke mana, di mana, dan bagaimana roda kehidupan itu berputar.
Tapi itulah yang terjadi. Benar kata orang. Kalau lagi di atas kita jangan sombong. Kalau lagi di bawah kita harus sabar. Kaya ujian, miskin juga ujian. Apa sih yang harus disombongin. Semua harta yang kita punya sejatinya milik Allah. Kalau Allah sudah berkehendak. Semua harta yang kita punya mulai dari rumah, mobil, motor, emas, akan hilang tak bersisa.
Saat ayah saya tersandung kasus. Terlibat penggelapan mobil. Yang ayah saya tidak tahu. Ayah saya hanya terikat kerjasama dengan rekanan bisnis. Di mana mobil-mobil yang ditawarkan ke ayah saya oleh rekanan bisnisnya ternyata mobil curian. Terus ayah saya harus ditahan beberapa hari di kantor kepolisian.
Seseorang, yang masih terikat saudara, dengan mulut manisnya manawarkan diri membantu gimana caranya agar ayah saya bisa lepas dari kasus. Karena waktu itu saya masih remaja, belum tahu apa-apa, ibu saya juga panik dan kalut. Terpaksa nurut gimana baiknya. Singkat cerita bebaslah ayah saya dari kasus tersebut. Ayah saya bisa pulang lagi berkumpul bersama keluarga.
Yang membuat saya dan ibu saya sakit hati. Baru beberapa hari ayah saya keluar dan masih mengharuskan wajib lapor. Seseorang yang mengaku saudara itu tiba-tiba mengambil semua barang berharga dari rumah. Mulai dari kursi, permadani, televisi, lampu hias, dan barang-barang mahal lainnya dengan alasan ganti rugi. Di balik kebaikannya menolong ayah saya, ternyata dia mengincar barang-barang yang ada di rumah.
Saudara saya itu sekarang sudah meninggal. Secara pribadi saya sudah memaafkan semua perbuatannya di masa lalu. Namanya manusia tidak lepas dari dosa dan khilaf. Saya mencoba menerima semua yang terjadi pada keluarga saya bagian dari takdirNya. Ayah saya juga mungkin ada salahnya. Jadi urusan keluarga saya dengan saudara saya sudah bebas. Tidak ada sakit hati apalagi dendam.
Lucunya, suaminya yang dulu angkuh dan sombong nggak pernah bertegur sapa. Sepeninggal istrinya rumahnya dijual. Sekarang suaminya nggak punya rumah. Terakhir dia ngontrak di dekat rumah saya. Entah malu atau apa, baru tinggal dua minggu udah pindah lagi. Gara-gara dia cabut dari kontrakan, tiba-tiba saya jadi teringat tentang roda kehidupan yang berputar.
Tapi itulah yang terjadi. Benar kata orang. Kalau lagi di atas kita jangan sombong. Kalau lagi di bawah kita harus sabar. Kaya ujian, miskin juga ujian. Apa sih yang harus disombongin. Semua harta yang kita punya sejatinya milik Allah. Kalau Allah sudah berkehendak. Semua harta yang kita punya mulai dari rumah, mobil, motor, emas, akan hilang tak bersisa.
Saat ayah saya tersandung kasus. Terlibat penggelapan mobil. Yang ayah saya tidak tahu. Ayah saya hanya terikat kerjasama dengan rekanan bisnis. Di mana mobil-mobil yang ditawarkan ke ayah saya oleh rekanan bisnisnya ternyata mobil curian. Terus ayah saya harus ditahan beberapa hari di kantor kepolisian.
Seseorang, yang masih terikat saudara, dengan mulut manisnya manawarkan diri membantu gimana caranya agar ayah saya bisa lepas dari kasus. Karena waktu itu saya masih remaja, belum tahu apa-apa, ibu saya juga panik dan kalut. Terpaksa nurut gimana baiknya. Singkat cerita bebaslah ayah saya dari kasus tersebut. Ayah saya bisa pulang lagi berkumpul bersama keluarga.
Yang membuat saya dan ibu saya sakit hati. Baru beberapa hari ayah saya keluar dan masih mengharuskan wajib lapor. Seseorang yang mengaku saudara itu tiba-tiba mengambil semua barang berharga dari rumah. Mulai dari kursi, permadani, televisi, lampu hias, dan barang-barang mahal lainnya dengan alasan ganti rugi. Di balik kebaikannya menolong ayah saya, ternyata dia mengincar barang-barang yang ada di rumah.
Saudara saya itu sekarang sudah meninggal. Secara pribadi saya sudah memaafkan semua perbuatannya di masa lalu. Namanya manusia tidak lepas dari dosa dan khilaf. Saya mencoba menerima semua yang terjadi pada keluarga saya bagian dari takdirNya. Ayah saya juga mungkin ada salahnya. Jadi urusan keluarga saya dengan saudara saya sudah bebas. Tidak ada sakit hati apalagi dendam.
Lucunya, suaminya yang dulu angkuh dan sombong nggak pernah bertegur sapa. Sepeninggal istrinya rumahnya dijual. Sekarang suaminya nggak punya rumah. Terakhir dia ngontrak di dekat rumah saya. Entah malu atau apa, baru tinggal dua minggu udah pindah lagi. Gara-gara dia cabut dari kontrakan, tiba-tiba saya jadi teringat tentang roda kehidupan yang berputar.