Keputusan Menentukan Masa Depan Tidak Boleh Lagi Terlambat
DUNIA berubah begitu cepat. Kita harus ikut terlibat di dalamnya. Menjadi pemain. Menjadi perintis. Kalau bisa menjadi pionir. Jika tidak. Kita masih terlena sebagai penonton. Kita akan semakin jauh ketinggalan. Kita akan terus ditinggalkan. Lebih jauh lagi kita akan terperosok ke dalam jurang yang sangat dalam. Penuh kegelapan.
Dunia bukan lagi sebagai pedang. Dunia sekarang menjadi mesin otomatis yang setiap saat bisa menjadi senjata mematikan. Dalam bidikan dunia yang nyalang. Sedetik pun kita tidak boleh lengah. Sekecil apa pun kita tidak boleh melakukan kesalahan. Tetap bertahan di zona nyaman. Alamat siap-siap dimangsa dunia.
Dunia kini menyajikan fenomena langka. Orang yang dulunya bukan siapa-siapa. Dalam waktu 1-2 tahun bisa punya apa-apa. Urat malu orang-orang yang hidup di zaman sekarang sepertinya sudah pada putus. Kamar tidur yang sejatinya adalah ruang privasi. Tempat kita menyembunyikan aib. Sekarang menjadi ruang terbuka bagi publik.
Lantas, di mana sebenarnya posisi agama. Di mana pula posisi moral dan etika. Agama, moral, dan etika letaknya sekarang tergantung ketikan jari. Tergantung sorotan kamera. Tergantung siapa yang memproduksi, platform mana yang asyik dan nyaman buat publikasi. Tergantung juga siapa yang mencipta, membuat, dan menggiring sebuah opini.
Demikian halnya dalam bisnis. Yang adaptif yang akan bertahan. Yang solutif yang kuat menerima tekanan. Yang bermental baja yang tahan menerima gempuran. Sementara yang loyo, yang baper, yang masih mengingat-ingat kehebatan masa lalu. Yang suka menyalahkan keadaan. Siap-siap tergerus pergerakan zaman.
Pertanyaannya, pada siapa kita akan berpihak. Jawabannya, berpihaklah pada hati nurani. Berpihaklah pada hati kecil. Kalau nurani dan hati kecil kita sudah tergadai. Dunia yang kita pijak makin terlihat samar-samar. Kita jadi tidak bisa membedakan mana yang baik mana yang benar. Mana sahabat mana musuh.
Agar selamat dari jebakan dunia. Kontrol hidupmu dari hal-hal yang di luar nalar. Jaga hati. Jaga mata. Jaga pikiran. Secantik apa pun dunia, kalau bukan hak kita, jangan diambil. Seburuk dan sejelek apa pun tampilan dunia, jika itu baik buat kita, terima dan syukuri. Dunia berubah begitu cepat. Keputusan menentukan masa depan tidak boleh lagi terlambat.
Dunia bukan lagi sebagai pedang. Dunia sekarang menjadi mesin otomatis yang setiap saat bisa menjadi senjata mematikan. Dalam bidikan dunia yang nyalang. Sedetik pun kita tidak boleh lengah. Sekecil apa pun kita tidak boleh melakukan kesalahan. Tetap bertahan di zona nyaman. Alamat siap-siap dimangsa dunia.
Dunia kini menyajikan fenomena langka. Orang yang dulunya bukan siapa-siapa. Dalam waktu 1-2 tahun bisa punya apa-apa. Urat malu orang-orang yang hidup di zaman sekarang sepertinya sudah pada putus. Kamar tidur yang sejatinya adalah ruang privasi. Tempat kita menyembunyikan aib. Sekarang menjadi ruang terbuka bagi publik.
Lantas, di mana sebenarnya posisi agama. Di mana pula posisi moral dan etika. Agama, moral, dan etika letaknya sekarang tergantung ketikan jari. Tergantung sorotan kamera. Tergantung siapa yang memproduksi, platform mana yang asyik dan nyaman buat publikasi. Tergantung juga siapa yang mencipta, membuat, dan menggiring sebuah opini.
Demikian halnya dalam bisnis. Yang adaptif yang akan bertahan. Yang solutif yang kuat menerima tekanan. Yang bermental baja yang tahan menerima gempuran. Sementara yang loyo, yang baper, yang masih mengingat-ingat kehebatan masa lalu. Yang suka menyalahkan keadaan. Siap-siap tergerus pergerakan zaman.
Pertanyaannya, pada siapa kita akan berpihak. Jawabannya, berpihaklah pada hati nurani. Berpihaklah pada hati kecil. Kalau nurani dan hati kecil kita sudah tergadai. Dunia yang kita pijak makin terlihat samar-samar. Kita jadi tidak bisa membedakan mana yang baik mana yang benar. Mana sahabat mana musuh.
Agar selamat dari jebakan dunia. Kontrol hidupmu dari hal-hal yang di luar nalar. Jaga hati. Jaga mata. Jaga pikiran. Secantik apa pun dunia, kalau bukan hak kita, jangan diambil. Seburuk dan sejelek apa pun tampilan dunia, jika itu baik buat kita, terima dan syukuri. Dunia berubah begitu cepat. Keputusan menentukan masa depan tidak boleh lagi terlambat.