Cerita Pendek Terbaru 2023 - Kisah Lele Telaga Merah
LAGI asyik berenang di bawah pancuran. Ikan lele dan ikan nila tiba-tiba terjerat jaring seorang pemuda yang sedang menangkap ikan di tepi sungai.
Dua ikan berbeda jenis ini kemudian dimasukan ke dalam ember plastik bekas cat tembok, disatukan dengan ikan-ikan lain yang lebih dulu ketangkap.
Saat dimasukan ke dalam ember plastik bekas cat tembok, ikan lele dan ikan nila sebenarnya sudah berusaha meloloskan diri dengan meloncat-loncat.
Namun ukuran ember plastik yang dibawa si pemuda terlalu tinggi. Ikan lele dan ikan nila akhirnya pasrah. Mau dibawa ke mana, mau diapain juga, terima nasib.
Satu jam berselang. Di atas daun pisang. Di dapur warteg yang sempit dan sumpek milik ibunya si pemuda. Ikan nila tampak sudah tergeletak tak bernyawa
Tubuhnya terbelah menjadi dua dilumuri bumbu kunyit, kemiri, daun kemangi, dan batang daun sirih yang sudah ditumbuk. Aromanya menusuk hidung.
Ikan-ikan yang lain. Yang lebih dulu digoreng di atas wajan panas berisi minyak goreng. Posisinya sudah pindah ke etalase. Warna tubuhnya berubah menjadi kuning kecoklatan.
Beruntung bagi ikan lele. Di saat ikan-ikan lain, termasuk sahabatnya sendiri, digoreng dan dipepes. Ikan lele justru selamat. Ia dipindahin oleh si pemuda ke dalam aquarium berisi batu-batu kecil berwarna-warni.
Dalam suasana campur aduk antara tegang dan sedih, ikan lele berusaha mengingat kembali kejadian saat dirinya terbawa arus banjir dari arah kaki gunung.
"Warna kulit kamu beda ya" Tanya ikan nila waktu mereka pertama kali ketemu di tengah sungai.
"Beda kenapa?" Kali ini ikan lele balik bertanya pada ikan nila.
"Yang saya tahu, ikan lele itu kulitnya hitam. Kok kamu kulitnya merah" Ikan nila mencoba menjelaskan.
"Oh gitu. Saya bukan ikan lele yang sering kamu lihat di sungai atau di kolam pemancingan. Saya ikan lele dari telaga merah. Jadi kulit saya warnanya merah."
"Telaga merah itu apa, di mana? Perasaan saya baru dengar nama itu"
"Telaga merah itu adanya di bawah kaki gunung. Di tengah hutan. Jauh dari jangkauan manusia"
"Terus gimana ceritanya kamu bisa sampai di sini" Ikan nila makin penasaran.
"Ceritanya panjang. Lain kali aku ceritain!" Ikan lele berusaha untuk ngeles.
"Ceritain sekarang saja. Mumpung kita lagi santai" Ikan nila, keukeuh, maksa.
Karena situasi dan kondisi sangat memungkinkan. Ikan lele akhirnya bercerita pada ikan nila tentang tanah kelahirannya.
Telaga merah adalah danau seukuran lapangan sepakbola, di mana di dalam danau tersebut hanya jenis ikan lele warna merah saja yang hidup di sana. Ikan jenis lain tidak pernah ada.
Mereka hidup tentram dan damai. Tidak ada perselisihan. Tidak ada gejolak politik. Tidak ada yang namanya persaingan, penghianatan, apalagi perselingkuhan. Mereka hidup saling menghormati dan menghargai.
Di dalam telaga merah ada sebuah tradisi yang dilakukan secara turun temurun dari generasi ke genarasi.
Setiap menjelang kemarau panjang, semua ikan lele dewasa harus melaksanakan ritual khusus masuk ke dalam lubang, kawin, dan bertelur sebanyak-banyaknya.
Tujuannya, untuk menjaga ekosistem agar kehidupan di telaga merah terus berlanjut saat musim hujan tiba.
Suatu hari, kehidupan di telaga merah tiba-tiba terusik. Awalnya ada anak-anak mahasiswa melaksanakan camping dua hari dua malam di sekitaran telaga merah.
Puncaknya pas sabtu malam alias malam minggu, anak-anak mahasiswa tersebut menggelar acara api unggun sambil bakar ikan.
Acara camping anak-anak mahasiswa sebenarnya hal yang lumrah. Lagian, ikan dan manusia hidup berbeda alam.
Yang jadi masalah, ikan-ikan yang mau dibakar oleh mahasiswa masih hidup. Saat mau dibelah dan dibuang isi perutnya. Ada satu ikan yang lolos lepas dari genggaman.
Ikan itu kemudian loncat ke dalam telaga. Menjadi penghuni telaga.
Ikan yang nyemplung ke dalam telaga adalah ikan mas berjenis kelamin betina. Wajahnya sangat menarik. Sisiknya hitam kuning keemasan.
Memiliki bentuk tubuh yang bahenol. Otomatis membuat lele jantan dewasa banyak yang tergoda. Mereka mulai berpaling dari pasangannya.
Untuk mendapatkan perhatian ikan mas betina, banyak lele jantan dewasa yang melakukan berbagai cara.
Bahkan sampai ada yang menawarkan lubang khusus di dalam telaga untuk tempat menetap ikan mas.
Gara-gara kedatangan ikan mas betina, kehidupan di telaga merah jadi kacau. Banyak pasangan lele yang bertengkar. Banyak lele-lele jantan yang berkelahi.
Karena suasana di telaga merah sudah tak terkendali. Ikan mas betina mendadak jadi magnet dan pusat perhatian para lele jantan.
Sebagian ikan lele betina yang merasa tersaingi dan tersakiti oleh pasangannya mengadu pada tetua adat.
Tetua adat di telaga merah adalah lele paling tua dan paling lama tinggal di dalam telaga. Mulutnya lebar. Patilnya tajam. Kumisnya panjang.
Mereka meminta tetua adat mengusir ikan mas tersebut. Namun alangkah kagetnya mereka, setelah mendengar keluh kesah ikan lele betina, tetua adat malah mengeluarkan titah:
"Peristiwa yang terjadi saat ini sudah tertulis dalam kitab para leluhur. Kalian yang masih punya iman, segera membuat lubang sedalam-dalamnya. Bawa serta anak-anak kalian dan pasangan kalian yang masih setia"
"Telaga merah yang kita tempati sebentar lagi akan disapu bersih oleh banjir bandang dari puncak gunung. Ini semata-mata bukan karena diantara kita ada yang tergoda ikan mas betina lalu berbuat serong"
"Tapi telaga merah sekarang bukan lagi tempat yang sakral dan keramat. Tempat kita sudah terjarah oleh kaki-kaki manusia yang serakah. Lihat ke tepi telaga, banyak manusia yang melakukan dosa dan maksiat"
"Jangan hiraukan saudara-saudara kalian yang sedang dimabuk cinta oleh ikan mas betina. Segeralah mengungsi ke dalam lubang paling dalam. Karena banjir bandang akan segera datang. Mari berdoa, semoga keluarga kita diberikan keselamatan"
Hari yang diramalkan oleh tetua adat benar-benar tiba. Kejadiannya sangat luar biasa. Di saat para mahasiswa tengan asyik bercumbu di tepi telaga.
Di kala ikan mas betina sedang diagung-agung menjadi ratu baru di dalam telaga. Dan sibuk melayani puluhan ikan lele jantan yang tergila-gila akan kemolekannya.
Banjir bandang tiba-tiba meluncur dari puncak gunung membawa kayu, lumpur, dan batu-batu besar. Kecuali yang turut dan taat pada sabda tetua adat, semuanya tak ada yang selamat.
Begitulah sepenggal kisah tentang telaga merah yang diceritakan ikan lele pada ikan Nila saat mereka asyik bermain di bawah pancuran.
Mendengar cerita telaga merah yang sangat mengharu biru. Ikan nila masih tetap penasaran bagaimana sahabat barunya bisa lolos dari maut.
"Terus gimana ceritanya kamu bisa berada di sini?"
Ikan nila kemudian menjelaskannya secara detil.
"Setelah banjir surut. Saya disuruh ibu keluar lubang melihat keadaan sekitar. Sambil nyari makanan buat bekal di dalam lubang"
"Nahas, waktu saya keluar lubang, ternyata ada banjir susulan. Saya terseret arus deras, terpisah dari sanak keluarga"
"Ya, Tuhan..! Benar-benar malang nasib kamu. Keluarga kamu di sana pasti merasa kehilangan"
"Iya. Makanya kamu jangan maksa aku buat cerita lagi tentang kejadian itu. Aku trauma banget."
"Iya, maafin aku."
Saat ikan lele dan ikan nila sedang asyik bercengkrama. Dan sudah punya rencana hendak pergi ke muara. Tanpa mereka sadari. Di atas permukaan air. Seorang pemuda sedang mengincar mereka buat dijadikan menu dagangan ibunya.
Dua ikan berbeda jenis ini kemudian dimasukan ke dalam ember plastik bekas cat tembok, disatukan dengan ikan-ikan lain yang lebih dulu ketangkap.
Saat dimasukan ke dalam ember plastik bekas cat tembok, ikan lele dan ikan nila sebenarnya sudah berusaha meloloskan diri dengan meloncat-loncat.
Namun ukuran ember plastik yang dibawa si pemuda terlalu tinggi. Ikan lele dan ikan nila akhirnya pasrah. Mau dibawa ke mana, mau diapain juga, terima nasib.
Satu jam berselang. Di atas daun pisang. Di dapur warteg yang sempit dan sumpek milik ibunya si pemuda. Ikan nila tampak sudah tergeletak tak bernyawa
Tubuhnya terbelah menjadi dua dilumuri bumbu kunyit, kemiri, daun kemangi, dan batang daun sirih yang sudah ditumbuk. Aromanya menusuk hidung.
Ikan-ikan yang lain. Yang lebih dulu digoreng di atas wajan panas berisi minyak goreng. Posisinya sudah pindah ke etalase. Warna tubuhnya berubah menjadi kuning kecoklatan.
Beruntung bagi ikan lele. Di saat ikan-ikan lain, termasuk sahabatnya sendiri, digoreng dan dipepes. Ikan lele justru selamat. Ia dipindahin oleh si pemuda ke dalam aquarium berisi batu-batu kecil berwarna-warni.
Dalam suasana campur aduk antara tegang dan sedih, ikan lele berusaha mengingat kembali kejadian saat dirinya terbawa arus banjir dari arah kaki gunung.
***
"Warna kulit kamu beda ya" Tanya ikan nila waktu mereka pertama kali ketemu di tengah sungai.
"Beda kenapa?" Kali ini ikan lele balik bertanya pada ikan nila.
"Yang saya tahu, ikan lele itu kulitnya hitam. Kok kamu kulitnya merah" Ikan nila mencoba menjelaskan.
"Oh gitu. Saya bukan ikan lele yang sering kamu lihat di sungai atau di kolam pemancingan. Saya ikan lele dari telaga merah. Jadi kulit saya warnanya merah."
"Telaga merah itu apa, di mana? Perasaan saya baru dengar nama itu"
"Telaga merah itu adanya di bawah kaki gunung. Di tengah hutan. Jauh dari jangkauan manusia"
"Terus gimana ceritanya kamu bisa sampai di sini" Ikan nila makin penasaran.
"Ceritanya panjang. Lain kali aku ceritain!" Ikan lele berusaha untuk ngeles.
"Ceritain sekarang saja. Mumpung kita lagi santai" Ikan nila, keukeuh, maksa.
Karena situasi dan kondisi sangat memungkinkan. Ikan lele akhirnya bercerita pada ikan nila tentang tanah kelahirannya.
Telaga merah adalah danau seukuran lapangan sepakbola, di mana di dalam danau tersebut hanya jenis ikan lele warna merah saja yang hidup di sana. Ikan jenis lain tidak pernah ada.
Mereka hidup tentram dan damai. Tidak ada perselisihan. Tidak ada gejolak politik. Tidak ada yang namanya persaingan, penghianatan, apalagi perselingkuhan. Mereka hidup saling menghormati dan menghargai.
Di dalam telaga merah ada sebuah tradisi yang dilakukan secara turun temurun dari generasi ke genarasi.
Setiap menjelang kemarau panjang, semua ikan lele dewasa harus melaksanakan ritual khusus masuk ke dalam lubang, kawin, dan bertelur sebanyak-banyaknya.
Tujuannya, untuk menjaga ekosistem agar kehidupan di telaga merah terus berlanjut saat musim hujan tiba.
Suatu hari, kehidupan di telaga merah tiba-tiba terusik. Awalnya ada anak-anak mahasiswa melaksanakan camping dua hari dua malam di sekitaran telaga merah.
Puncaknya pas sabtu malam alias malam minggu, anak-anak mahasiswa tersebut menggelar acara api unggun sambil bakar ikan.
Acara camping anak-anak mahasiswa sebenarnya hal yang lumrah. Lagian, ikan dan manusia hidup berbeda alam.
Yang jadi masalah, ikan-ikan yang mau dibakar oleh mahasiswa masih hidup. Saat mau dibelah dan dibuang isi perutnya. Ada satu ikan yang lolos lepas dari genggaman.
Ikan itu kemudian loncat ke dalam telaga. Menjadi penghuni telaga.
Ikan yang nyemplung ke dalam telaga adalah ikan mas berjenis kelamin betina. Wajahnya sangat menarik. Sisiknya hitam kuning keemasan.
Memiliki bentuk tubuh yang bahenol. Otomatis membuat lele jantan dewasa banyak yang tergoda. Mereka mulai berpaling dari pasangannya.
Untuk mendapatkan perhatian ikan mas betina, banyak lele jantan dewasa yang melakukan berbagai cara.
Bahkan sampai ada yang menawarkan lubang khusus di dalam telaga untuk tempat menetap ikan mas.
Gara-gara kedatangan ikan mas betina, kehidupan di telaga merah jadi kacau. Banyak pasangan lele yang bertengkar. Banyak lele-lele jantan yang berkelahi.
Karena suasana di telaga merah sudah tak terkendali. Ikan mas betina mendadak jadi magnet dan pusat perhatian para lele jantan.
Sebagian ikan lele betina yang merasa tersaingi dan tersakiti oleh pasangannya mengadu pada tetua adat.
Tetua adat di telaga merah adalah lele paling tua dan paling lama tinggal di dalam telaga. Mulutnya lebar. Patilnya tajam. Kumisnya panjang.
Mereka meminta tetua adat mengusir ikan mas tersebut. Namun alangkah kagetnya mereka, setelah mendengar keluh kesah ikan lele betina, tetua adat malah mengeluarkan titah:
"Peristiwa yang terjadi saat ini sudah tertulis dalam kitab para leluhur. Kalian yang masih punya iman, segera membuat lubang sedalam-dalamnya. Bawa serta anak-anak kalian dan pasangan kalian yang masih setia"
"Telaga merah yang kita tempati sebentar lagi akan disapu bersih oleh banjir bandang dari puncak gunung. Ini semata-mata bukan karena diantara kita ada yang tergoda ikan mas betina lalu berbuat serong"
"Tapi telaga merah sekarang bukan lagi tempat yang sakral dan keramat. Tempat kita sudah terjarah oleh kaki-kaki manusia yang serakah. Lihat ke tepi telaga, banyak manusia yang melakukan dosa dan maksiat"
"Jangan hiraukan saudara-saudara kalian yang sedang dimabuk cinta oleh ikan mas betina. Segeralah mengungsi ke dalam lubang paling dalam. Karena banjir bandang akan segera datang. Mari berdoa, semoga keluarga kita diberikan keselamatan"
Hari yang diramalkan oleh tetua adat benar-benar tiba. Kejadiannya sangat luar biasa. Di saat para mahasiswa tengan asyik bercumbu di tepi telaga.
Di kala ikan mas betina sedang diagung-agung menjadi ratu baru di dalam telaga. Dan sibuk melayani puluhan ikan lele jantan yang tergila-gila akan kemolekannya.
Banjir bandang tiba-tiba meluncur dari puncak gunung membawa kayu, lumpur, dan batu-batu besar. Kecuali yang turut dan taat pada sabda tetua adat, semuanya tak ada yang selamat.
Begitulah sepenggal kisah tentang telaga merah yang diceritakan ikan lele pada ikan Nila saat mereka asyik bermain di bawah pancuran.
Mendengar cerita telaga merah yang sangat mengharu biru. Ikan nila masih tetap penasaran bagaimana sahabat barunya bisa lolos dari maut.
"Terus gimana ceritanya kamu bisa berada di sini?"
Ikan nila kemudian menjelaskannya secara detil.
"Setelah banjir surut. Saya disuruh ibu keluar lubang melihat keadaan sekitar. Sambil nyari makanan buat bekal di dalam lubang"
"Nahas, waktu saya keluar lubang, ternyata ada banjir susulan. Saya terseret arus deras, terpisah dari sanak keluarga"
"Ya, Tuhan..! Benar-benar malang nasib kamu. Keluarga kamu di sana pasti merasa kehilangan"
"Iya. Makanya kamu jangan maksa aku buat cerita lagi tentang kejadian itu. Aku trauma banget."
"Iya, maafin aku."
Saat ikan lele dan ikan nila sedang asyik bercengkrama. Dan sudah punya rencana hendak pergi ke muara. Tanpa mereka sadari. Di atas permukaan air. Seorang pemuda sedang mengincar mereka buat dijadikan menu dagangan ibunya.