Biarkan dan Relakan Dia Mencari Tambatan Hatinya

SIANG menuju sore. Waktu saya lagi ngirim paket di Kantor Pos. Tiba-tiba ada SMS masuk. Kalimatnya sangat umum, cuma bilang hai dan nanyain kabar. Meski kata-katanya gitu doang. Nomer Hp yang tak dikenal itu lumayan bikin hati jadi penasaran. Sambil menunggu nomer resi. Saya balas SMS tersebut dengan kalimat standar. Hai juga, maaf ini dengan siapa?

Nama Facebook-nya Cumi. Nama yang unik dan lucu. Mungkin ada hubungannya dengan ikan cumi-cumi, dia termasuk penyuka makanan sea food. Atau bisa juga nama panggilan dia sejak kecil. Apa pun latar belakangnya. Yang pasti orangnya manis. Saya kepoin semua status-status Facebook-nya. Sepertinya orangnya periang. Tak ada satu pun status yang dia posting berisi keluhan.

Biarkan-dan-Relakan-Dia-Mencari-Tambatan-Hatinya.jpg

Sebelum dia kirim SMS yang nomer Hp-nya belum saya simpan. Rupanya kita sudah akrab dan sering chating di Facebook. Dia tahu nomer saya karena kita saling tukar nomer Hp. Yang bikin saya surprise. Dia tidak jual mahal. Dia kirim SMS duluan. Saya jadi merasa sungkan dan tidak enak. Kesannya saya ini cowok cool. Padahal nggak begitu. Lagian saya tidak berharap terlalu jauh. Bisa berteman dengan dia buat saya sudah cukup.

Perasaan perempuan kebanyakan sentimentil. Awalnya mungkin cuma kirim SMS. Tapi kalau keseringan ngobrol. Keseringan curhat. Terus sudah merasa nyaman. Lama-lama dia bisa jatuh hati. Sebagai laki-laki, yang normal dan punya hati, saya punya pikiran ke arah sana. Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Sebelum kita melangkah terlalu jauh. Saya coba untuk jaga jarak. Saya mulai jarang buka Facebook. Saya mulai jarang balas SMS.

Biarkan-dan-Relakan-Dia-Mencari-Tambatan-Hatinya.jpg

Puncaknya. Ketika dia ngajak saya ketemuan di resepsi pernikahan temannya. Dia bilang nginap di hotel di salah satu Mall. Saya tidak menuruti permintaannya. Saya bilang saya lagi di luar kota. Saya juga tidak termasuk tamu yang diundang. Saya malu kalau datang ke pesta perkawinan. Entar sama orang-orang dikiranya saya mau numpang makan. Kalau ketahuan terus ada yang iseng ngerekam. Nanti saya bisa viral.

Waktu itu memang belum ada WhatsApp. Belum ada Instagram, Snack Video dan Tiktok. Hp-nya masih tipe jadul semua. Kemungkinan untuk viralnya sangat kecil. Lagian itu cuma alasan yang dibuat-buat. Alasan gimana caranya supaya tidak jadi ketemuan. Bukan saya tidak tertarik dan tidak suka sama dia. Apalagi dia anak kuliahan yang cerdas dan pintar dan sedang magang di salah satu sekolah. Alasan pastinya adalah saya baru menikah.

Ada dua hati yang harus saya jaga. Hati dia dan hati istri saya. Mereka berdua adalah perempuan baik-baik. Saya tidak boleh menyakiti salah satu diantara mereka. Saya tidak tahu apakah ini termasuk godaan pernikahan atau hanya kebetulan. Yang pasti saya harus mengambil keputusan. Saya mulai menghindari dia. Mulai melupakan dia. Saya punya pemikiran, sedekat apa pun kita di masa muda. Jika kita sudah berkeluarga. Kita harus membiarkan dan merelakan dia mencari tambatan hatinya.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url