Nasihat Tukang Parkir
DALAM rumah tangga. Pertengkaran itu selalu ada. Saya mengalami dan merasakannya ketika saya sudah menikah. Begitu pun Anda yang sedang membaca artikel ini yang saat ini sudah berkeluarga. Sudah menjadi suami, istri, ayah, dan ibu bagi anak-anak. Pasti pernah bertengkar dengan suami atau istrinya. Rumah tangga, tanpa pertengkaran, bagaikan sayur tanpa garam.
Pertengkaran menjadi tema yang serius dan ingin saya angkat ke permukaan karena saya melihat dan menyaksikan berita akhir-akhir ini benar-benar cukup mengkhawatirkan. Bagaimana sebuah pertengkaran bisa menyebabkan pasangan suami istri yang asalnya saling mencintai tiba-tiba memutuskan untuk mengakhiri biduk rumah tangga di pengadilan.
Masih mending kalau pasangan keluarga yang tidak cocok, setiap hari sering cekcok mengambil keputusan untuk bercerai. Hak istri, hak suami, dan hak anak bisa dibicarakan baik-baik. Untuk harta gono gini pihak suami dan pihak istri bisa menggunakan jasa pengacara. Bagian-bagiannya nanti akan diatur. Ada kesepakatan dan ketetapannya masing-masing.
Yang bikin miris itu tidak sedikit yang awalnya gara-gara pertengkaran kecil tiba-tiba terjadi KDRT bahkan sampai pembunuhan. Istri dibunuh suami. Suami dibunuh istri. Anak dibunuh ibunya. Ayah dibunuh anaknya. Motif dan modusnya beragam. Tapi kebanyakan gara-gara masalah ekonomi dan perselingkuhan. Kasus-kasus semacam itu terjadi karena kurangnya komitmen dan keimanan seseorang.
Rumah tangga adalah sebuah perjalanan panjang. Di dalamnya ada keimanan, kesabaran, kerja keras, saling mengisi kekurangan, bahu membahu mewujudkan cita-cita dan impian yang diharapkan. Satu saja pondasi itu hilang, rumah tangga akan goyang. Apalagi kalau pondasi di atas tidak ada sama sekali. Jalinan rumah tangga yang kita bina pelan tapi pasti akan tenggelam. Jatuh ke dalam kehancuran.
Saya menulis artikel ini terinspirasi oleh abang tukang parkir kenalan saya. Tempo hari dia bawa anaknya yang masih kecil ke tempat parkiran. Dia cerita, semalam anaknya bertengkar, kakaknya dimarahin sama ibunya habis-habisan. Dia nasehatin istrinya supaya jangan memarahi terus anaknya. Dia harus bisa menahan emosi. Kalau emosinya tidak ditahan takut hal-hal yang tidak dinginkan terjadi.
Zaman sekarang orang-orang mudah tersulut emosi. Setan zaman dulu sama setan zaman sekarang rayuannya beda. Zaman sekarang serba canggih. Setan juga tidak mau ketinggalan, mereka lebih canggih lagi merasuki manusia untuk melakukan dosa. Abang tukang parkir itu nasihatin saya untuk tidak ringan tangan sama anak istri. Kalau ada masalah atau perselisihan selesaikan baik-baik dengan komunikasi. Istri juga harus sabar terhadap suami. Kalau ekonomi seret, cari solusi bersama. Jangan marah-marah dan uring-uringan.