Generasi Millenial yang Terpana dan Terpesona dengan Kecanggihan Gadget

PALING males kalau istri sudah minta dianter belanja ke suatu tempat. Bukan males nganternya. Tapi males ngikutin google maps. Google maps menurut saya membingungkan. Suka ngeprank alias ngerjain. Buat apa ada tanda bulat lonjong warna merah. Kalau sudah sampai di titik lokasi kita disuruh putar arah. Belok kanan belok kiri. Timur barat timur laut. Apa susahnya bilang: Stop! Anda sudah sampai di tujuan.

Bukan sekali dua kali saya dibikin kesel oleh google maps. Setiap kali anter istri belanja ke suatu tempat. Google maps selalu ngaco. Kalau sudah diputer-puter kayak gitu saya suka uring-uringan. Bahkan seringnya berujung cekcok. Ke istri itu saya pengennya sebutin saja nama kampungnya. Nama jalannya. Nama orangnya atau nama tokonya. Begitu sampai di lokasi nanti kita tanya sama orang-orang yang kita temuin.

Generasi-Millenial-yang-Terpana-dan-Terpesona-dengan-Kecanggihan-Gadget.jpg

Cara seperti itu, yang sudah biasa kita lakukan secara turun temurun sebelum negara api menyerang, menurut saya lebih efektif. Orang-orang di sana yang jelas-jelas penduduk asli setempat. Pasti tahu alamat yang kita cari. Toko yang kita tuju. Dan orang yang kita maksud. Tapi berhubung istri termasuk generasi millenial yang terpana dan terpesona dengan kecanggihan gadget. Istri saya selalu percaya kalau google maps bisa menunjukan segalanya.

Buat saya google maps hanya sebatas alat bantu. Hanya sebagai penunjuk arah. Dengan adanya google maps sedikitnya kita jadi terbantu untuk mencari alamat atau lokasi yang kita tuju. Tapi kita jangan sepenuhnya percaya dengan google maps. Nyasar ke kuburan, mentok di ujung gang, atau ketemu jalan buntu, sering saya alami di lapangan. Kalau sudah seperti itu ujung-ujungnya tetep nanyain ke orang-orang.

Generasi-Millenial-yang-Terpana-dan-Terpesona-dengan-Kecanggihan-Gadget.jpg

Kemarin waktu saya anter istri beli tas. Lagi-lagi saya dibikin pusing oleh google maps. Saya dan istri bolak balik di satu kampung padahal alamat yang kita tuju bukan di kampung tersebut. Alamat yang kita cari justru di kampung sebelumnya yang lokasinya kelewatan. Begitu ketemu alamat yang kita cari saya dan istri serta merta dibikin kaget. Alamat yang kita cari rumahnya tepat berada di pinggir jalan. Bukan berada di dalam gang. Kok bisa google maps nggak akurat ngasih titiknya.

Untungnya rasa kesal saya segera terobati oleh keramahtamahan yang punya rumah. Selain koleksi tasnya bagus-bagus dan murah-murah seperti yang diingini oleh istri saya. Yang punya rumah juga, selama kita bertamu, mengingatkan saya pada kenangan-kenangan yang pernah saya dan istri saya alami waktu pertama kali menikah. Salah satu kenangan yang terbersit saat pertemuan itu adalah saya dan istri pernah nonton acara inbox live di lapangan udara.

Kenangan-kenangan itu. Yang tiba-tiba muncul di kepala. Berterbangan seperti sekumpulan kunang-kunang dikala istri pilih-pilih model dan warna tas. Buat saya harganya jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan harga sebuah tas. Kenangan-kenangan itu. Selain meredakan emosi saya pada sebuah aplikasi bernama google maps. Juga membuat saya merasa awet muda. Segala keruwetan yang selama ini bersemayam seketika mendadak hilang.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url