Di Mana pun Jualannya, Rezeki Sudah Ada yang Mengatur

PEDAGANG terusir dari lapak jualannya bukanlah hal yang baru. Dari waktu ke waktu, dari zaman ke zaman, kasus seperti itu akan selalu terulang. Mungkin ini bagian dari resiko perjuangan. Setiap pedagang harus siap mental dan siap menerima kenyataan jika suatu saat peristiwa yang tidak diinginkan menimpa pada dirinya.

Ada banyak sebab dan alasan mengapa seorang pedagang harus rela meninggalkan lapak kesayangan. Yang paling umum biasanya habis kontrak, harga sewanya naik, atau lokasinya mau dibangun atau direnovasi pemiliknya.

Dari kasus yang selama ini saya temui. Pedagang yang paling rentan terusir dari lapak jualannya adalah pedagang yang berjualan di pinggir jalan atau fasilitas umum yang sejatinya tempat tersebut tidak diperuntukan untuk berjualan.

Di-Mana-pun-Jualannya-Rezeki-Sudah-Ada-yang-Mengatur.jpg

Saya pernah bercerita tentang pedagang yang terusir dari lapak jualannya beberapa waktu yang lalu. Jika teman-teman penasaran ingin membacanya teman-teman bisa baca di sini. Yang terbaru kemarin saya sempat ngobrol dengan pedagang nasi goreng yang mengalami nasib serupa dimana dia harus terusir dari lapak jualannya.

Pedagang nasi goreng ini jualannya di pinggir jalan tepat di depan gerbang sebuah perumahan. Meski usianya masih muda. Tiga atau empat tahun di atas saya. Pedagang nasi goreng ini termasuk padagang kawakan. Waktu saya bujangan, dia sudah jualan di situ. Pelanggannya banyak. Dia berjualan nasi goreng setiap hari dari habis maghrib sampai jam 12 malam.

Ada yang menarik dari kasus pedagang nasi goreng ini. Dia sebenarnya bukan diusir. Dia hanya diminta pindah sementara karena gerbang depan perumahan itu mau dibikin taman. Setelah tamannya jadi oleh pihak perumahan dia disuruh jualan lagi di sana.

Di-Mana-pun-Jualannya-Rezeki-Sudah-Ada-yang-Mengatur.jpg

Tapi dia enggan pindah ke lokasi semula dengan alasan nggak enak sama pedagang lain. Di depan gerbang perumahan tersebut kalau siang banyak yang jualan. Waktu para pedagang disuruh pindah. Ada salah satu penjual yang protes dan nggak terima. Pedagang tersebut bilang, kalau disuruh pindah, semuanya harus pindah. Jangan pilih kasih.

Karena ada celetukan seperti itu. Dari pada jadi masalah. Terpaksa dia ngalah. Dia tetap jualan di lokasi yang baru. Yang jaraknya tidak jauh dari lokasi sebelumnya.

Setelah mendengar ceritanya, saya jadi penasaran. Gimana kondisi jualannya sekarang. Apakah laris manis seperti di tempat yang dulu. Atau malah sepi?

Jawabannya ternyata sama saja. Namanya jualan kadang ramai kadang sepi. Soal tempat tidak terlalu berpengaruh. Di tempat yang baru tempat parkirnya malah lebih luas. Yang beli nggak bakalan terganggu oleh penghuni perumahan yang sering keluar masuk.

Sebagai pelanggan saya merasa ikut senang. Tidak seperti pedagang lain. Setelah pindah lapak, jualannya menjadi sepi atau bahkan bangkrut. Dia justru sebaliknya. Menerima kenyataan. Di mana pun jualannya. Rezeki katanya sudah ada yang mengatur.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url