Dari Kemasan Bumbu Mie Instan, Kita Belajar Takaran

SAAT masak mie instan. Pernahkah teman-teman memperhatikan kemasan bumbunya? Jika nggak pernah. Artikel ini akan membahasnya secara khusus. Jadi mohon luangkan waktu 5 sampai 10 menit. Barangkali dari kemasan bumbu mie instan yang sering kita masak ada pelajaran yang bisa kita ambil. Terutama buat teman-teman yang saat ini sedang atau punya rencana ingin berbisnis kuliner.

Untuk mempersingkat waktu kita langsung to the point ya. Mie instan biasa, di sini saya tidak akan menyebutkan merek, bumbunya terdiri dari 3 jenis. Pertama, penyedap rasa. Kedua, serbuk cabai. Ketiga minyak. Untuk mie instan jenis mie goreng atau varian lain biasanya ada tambahan bawang goreng, bubuk kerupuk, atau butiran daging dalam kemasan bumbunya.

Dari-Kemasan-Bumbu-Mie-Instan-Kita-Belajar-Takaran.jpg

Dari semua jenis mie instan yang kita kenal dan sering kita masak. Kemasan bumbunya itu bentuk dan ukurannya rata-rata hampir sama. Isinya juga hampir sama. Penyedap rasanya sekian. Serbuk cabainya sekian. Minyaknya sekian. Tidak lebih tidak kurang. Satu saja ada yang hilang. Misal, minyaknya nggak ada. Serbuk cabainya nggak ada. Rasanya pasti tidak akan enak.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari kemasan bumbu mie instan tersebut adalah jika kita sedang atau punya rencana ingin berbisnis kuliner. Kita harus benar-benar memperhatikan takaran. Takaran ini bagaimana pun akan sangat berpengaruh terhadap masa depan bisnis kuliner teman-teman. Apa pun bisnis kuliner yang teman-teman kelola. Takarannya harus pas. Jangan lebih apalagi kurang.

Dari-Kemasan-Bumbu-Mie-Instan-Kita-Belajar-Takaran.jpg

Kenapa takarannya harus pas? Kalau makanan yang kita makan keasinan, atau kepedesan, rasanya nggak enak di lidah. Begitu pun dengan minuman. Kalau minuman yang kita minum kemanisan atau kepahitan, sama nggak enak di lidah juga. Itu artinya kalau makanan atau minuman yang kita sajikan rasanya nggak pas akan mengecewakan pelanggan alias konsumen.

Seperti yang kita tahu konsumen sekarang sudah pada cerdas. Sekali saja dikecewakan dia akan pindah ke lapak sebelah atau ke outlet yang lain. Di samping tempat, dan berbagai macam promosi yang kita adakan, rasa adalah hal yang sangat krusial. Percuma kalau tempatnya bagus, lokasinya strategis, terus promosinya gencar-gencaran, sementara rasanya nggak sesuai ekspektasi. Konsumen paling beli cuma sekali. Besoknya nggak beli lagi.

Saya punya studi kasus. Di tempat saya ada yang jual bakwan keliling anak buahnya banyak. Rasanya sangat enak. Sayangnya, anak buah yang keliling ke rumah saya, nggak pernah memperhatikan takaran. Ngasih saus seenaknya. Ngasih kecap seenaknya. Ngasih garam dan pecin juga seenaknya.

Alhasil, meski setiap hari dia lewat depan rumah, kita jarang beli. Saya malah langganan ke anak buah yang satunya lagi. Yang jualannya di jalur yang lain. Beli bakwan ke dia. Mau Rp 3000, Rp 5000, atau Rp 10.000. Ngasih bumbunya benar-benar pas. Ngasih bumbunya benar-benar sesuai takaran. Efeknya, kita jadi langganan. Kita selalu ketagihan.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url