Baso Tahu Roda Biru, Rasanya Sudah Melegenda
BIASANYA warna biru. Tiba-tiba berubah jadi coklat. Sebagai pelanggan terus terang saya kaget. Jangan-jangan apa yang dilakukan anak buahnya dulu kembali terulang. Tapi saya tidak berani ambil kesimpulan. Takut salah sangka. Saya harus konfirmasi dulu ke orangnya. Bisa saja gerobaknya ganti. Majikannya beli gerobak lagi. Tapi lupa belum ganti cat.
Dulu, majikannya punya anak buah. Jalur jualannya ke pabrik garmen dan jalan baru. Jualannya cukup laris. Karena belum ada yang jualan baso tahu di jalur itu. Sekali pun ada yang jualan. Saya berani jamin. Rasanya nggak sebanding dengan baso tahu roda biru. Baso tahu roda biru adalah baso tahu legendaris. Sudah ada sejak saya masih kecil.
Si anak buah itu. Yang jualan ke pabrik garmen dan jalan baru. Entah gimana ceritanya tiba-tiba ganti roda. Waktu saya tanya katanya dia jualan punya sendiri. Nggak jadi anak buah roda biru lagi. Saya kaget dan benar-benar kecewa. Saya beli ke dia karena dia jualan baso tahu roda biru. Sejak dia ganti roda, saya nggak pernah beli baso tahu lagi ke dia.
Sekarang, saat anak buah yang baru kembali ganti roda. Saya menahan diri untuk beli baso tahu ke dia. Saya harus minta klarifikasi dulu. Apa dia jualan punya sendiri. Apa majikannya nambah roda lagi. Informasi yang valid mestinya dari majikannya. Tapi majikannya jualannya malam. Kita susah ketemu. Akhir-akhir ini saya jarang keluar malam. Tiap sore dan malam di sini suka hujan.
Waktu ngontrak di pinggir jalan baru. Saya sempat langganan ke anak buah yang lain. Pengganti anak buah yang ganti roda itu. Tapi anak buah yang itu kerjanya nggak lama. Jalur jualannya kemudian diganti lagi oleh anak buah yang baru. Terus saja gonta-ganti sampai saya pusing dibuatnya. Kalau baso tahunya nggak enak. Dan tidak punya ikatan emosional saya males buat membahasnya.
Teman-teman tidak usah pusing. Baso tahu roda biru ini anak buahnya banyak. Masing-masing punya jalur jualan. Jalur jualannya dikasih oleh majikannya sendiri. Entah itu dengan tunjuk langsung pakai insting. Atau disurvey lebih dulu. Majikannya nyari jalur dulu. Keliling menggunakan sepeda motor. Atau bisa juga majikannya jualan lebih dulu. Jika sudah banyak pembeli, baru diserahkan ke anak buah.
Setelah beberapa hari saya nggak beli baso tahu ke dia. Ke anak buah yang ganti roda warna coklat itu. Klarifikasi akhirnya saya dapat langsung dari mulutnya. Roda warna coklat itu rupanya miliknya. Meski malu-malu mengakuinya. Dia rupanya ingin berjualan sendiri. Sama seperti anak buahnya yang dulu. Bedanya jika anak buah yang dulu berjalan mulus. Yang ini agak tersendat-sendat.
Saya beli lagi ke dia karena rodanya berubah jadi warna biru lagi. Roda coklat katanya nggak dikenal orang. Selama berjualan menggunakan roda coklat. Jualannya sepi nggak ada yang beli. Ya jelas dong. Branding itu penting. Orang-orang sudah kenal dengan baso tahu roda biru. Begitu dia ganti jadi warna coklat. Orang-orang tidak mau membelinya. Pembeli sekarang sudah pintar. Beda roda, pasti beda majikan. Beda tangan, pasti beda rasa.
Dulu, majikannya punya anak buah. Jalur jualannya ke pabrik garmen dan jalan baru. Jualannya cukup laris. Karena belum ada yang jualan baso tahu di jalur itu. Sekali pun ada yang jualan. Saya berani jamin. Rasanya nggak sebanding dengan baso tahu roda biru. Baso tahu roda biru adalah baso tahu legendaris. Sudah ada sejak saya masih kecil.
Si anak buah itu. Yang jualan ke pabrik garmen dan jalan baru. Entah gimana ceritanya tiba-tiba ganti roda. Waktu saya tanya katanya dia jualan punya sendiri. Nggak jadi anak buah roda biru lagi. Saya kaget dan benar-benar kecewa. Saya beli ke dia karena dia jualan baso tahu roda biru. Sejak dia ganti roda, saya nggak pernah beli baso tahu lagi ke dia.
Sekarang, saat anak buah yang baru kembali ganti roda. Saya menahan diri untuk beli baso tahu ke dia. Saya harus minta klarifikasi dulu. Apa dia jualan punya sendiri. Apa majikannya nambah roda lagi. Informasi yang valid mestinya dari majikannya. Tapi majikannya jualannya malam. Kita susah ketemu. Akhir-akhir ini saya jarang keluar malam. Tiap sore dan malam di sini suka hujan.
Waktu ngontrak di pinggir jalan baru. Saya sempat langganan ke anak buah yang lain. Pengganti anak buah yang ganti roda itu. Tapi anak buah yang itu kerjanya nggak lama. Jalur jualannya kemudian diganti lagi oleh anak buah yang baru. Terus saja gonta-ganti sampai saya pusing dibuatnya. Kalau baso tahunya nggak enak. Dan tidak punya ikatan emosional saya males buat membahasnya.
Teman-teman tidak usah pusing. Baso tahu roda biru ini anak buahnya banyak. Masing-masing punya jalur jualan. Jalur jualannya dikasih oleh majikannya sendiri. Entah itu dengan tunjuk langsung pakai insting. Atau disurvey lebih dulu. Majikannya nyari jalur dulu. Keliling menggunakan sepeda motor. Atau bisa juga majikannya jualan lebih dulu. Jika sudah banyak pembeli, baru diserahkan ke anak buah.
Setelah beberapa hari saya nggak beli baso tahu ke dia. Ke anak buah yang ganti roda warna coklat itu. Klarifikasi akhirnya saya dapat langsung dari mulutnya. Roda warna coklat itu rupanya miliknya. Meski malu-malu mengakuinya. Dia rupanya ingin berjualan sendiri. Sama seperti anak buahnya yang dulu. Bedanya jika anak buah yang dulu berjalan mulus. Yang ini agak tersendat-sendat.
Saya beli lagi ke dia karena rodanya berubah jadi warna biru lagi. Roda coklat katanya nggak dikenal orang. Selama berjualan menggunakan roda coklat. Jualannya sepi nggak ada yang beli. Ya jelas dong. Branding itu penting. Orang-orang sudah kenal dengan baso tahu roda biru. Begitu dia ganti jadi warna coklat. Orang-orang tidak mau membelinya. Pembeli sekarang sudah pintar. Beda roda, pasti beda majikan. Beda tangan, pasti beda rasa.