Harus Pensiun Makan Kupat Tahu

KUPAT tahu yang di pasar itu rasanya enak. Harganya juga murah. Cuma Rp 7000 satu porsi. Uang sebesar itu tentu sangat bersahabat dengan kantong kita. Jika uang di saku tinggal Rp 10.000, masih ada sisa Rp 3000. Uang Rp 3000 itu cukup untuk beli satu gelas air mineral, bayar parkir, bayar toilet. Atau bagi teman-teman yang suka merokok bisa buat beli rokok 1 batang. Konon, habis makan nggak ngerokok rasanya kurang afdol.

Tapi meski harganya Rp 7.000. Sekarang saya jadi ragu-ragu untuk membeli kupat tahu. Apalagi memakannya. Setiap kefikiran ingin membeli kupat tahu. Hati kecil saya langsung menolak: jangan! Takut atau trauma sih nggak. Selama ini tidak ada masalah dengan kupat tahu. Kupat tahu itu menurut saya sangat sehat. Yang bermasalah justru tubuh saya.

Harus-Pensiun-Makan-Kupat-Tahu.jpg

Terakhir kali saya makan kupat tahu. Saya menderita panas dalam. Panas dalamnya bukan panas dalam yang biasa. Tapi panas dalam hebat. Gigi saya bengkak. Mulut saya nggak bisa mangap. Di artikel sebelum-sebelumnya saya pernah membahas soal panas dalam. Jika teman-teman mengalami panas dalam, teman-teman bisa meminum susu beruang. Atau jika teman-teman menderita sakit gigi akibat panas dalam, teman-teman bisa meminum opistan.

Tapi kalau terus-terusan panas dalam. Masa harus minum susu beruang terus. Harus minum opistan terus. Kalau sering menderita panas dalam. Jangan-jangan kita tidak menjaga pola makan. Kita suka makan sembarangan. Atau bisa saja perut kita atau tubuh kita memang sedang sakit. Tubuh dan perut kita sedang bermasalah. Apakah panas dalam bisa diakibatkan oleh stress? Apakah faktor usia dapat menyebabkan panas dalam?

Harus-Pensiun-Makan-Kupat-Tahu.jpg

Stress atau faktor usia. Bisa iya bisa tidak. Saat ini memang saya lagi stress. Lagi banyak fikiran. Gara-gara pandemi. Perusahaan saya sedang bermasalah. Pemasukan jadi berkurang. Kemungkinan faktor usia juga bisa. Seiring bertambahnya usia. Kinerja organ tubuh jadi berkurang. Saya sering mendengar ibu-ibu atau bapak-bapak yang memiliki pantangan makanan tertentu. Ada yang pensiun makan sambal. Ada yang pensiun makan petai dan jengkol.

Terus, apakah saya harus pensiun makan kupat tahu? Saya rasa tidak. Saya hanya harus mengatur pola makan saja. Saya harus pintar-pintar ngecek kondisi tubuh. Jika besok atau lusa saya kembali makan kupat tahu. Terutama kupat tahu yang di pasar itu. Mungkin makannya jangan banyak-banyak. Jika kemarin-kemarin saya suka beli 2 porsi. Untuk saya dan istri saya. Lain kali mungkin belinya 1 porsi saja. Saya makannya sedikit. Sisanya buat istri dan anak saya.

Bukti kalau kupat tahu tidak bermasalah. Apalagi kalau harus dijadikan kambing hitam. Hari ini saya ngalamin panas dalam lagi. Padahal saya tidak habis makan kupat tahu. Semalam saya makan dengan bakar ayam, sambal, lalabnya daun kemangi. Habis makan, perut saya biasa-biasa saja. Normal-normal saja. Tapi jam 3 dini hari. Gigi saya tiba-tiba terasa sakit. Kepala pening. Saya pun akhirnya bangun. Sambil menahan rasa sakit. Saya coba paksain nulis artikel. Saya berdoa, semoga setelah artikel ini terbit. Panas dalam saya mendadak sembuh.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url