Dikasih Makanan Sehabis Jumatan Orang Tua Kita Bakalan Senang
KEMARIN sebelum Ramadan. Uwa (kakak ayah saya) meninggal dunia. Beliau meninggal karena faktor usia. Beliau sering sakit-sakitan. Bolak balik ke dokter sudah nggak kehitung. Namanya lansia. Sembuh penyakit A datang penyakit B. Penyakit A dan B mulai mendingan. Muncul lagi penyakit C dan D. Begitu terus setiap hari. Sampai akhirnya Uwa saya terbaring lemas tak berdaya.
Sebelum tutup usia. Saya sempat menjenguknya. Meski sudah tak bisa keluar dari kamar. Uwa masih bisa berbicara. Waktu saya mau pulang. Uwa masih sempat bercanda minta uang sama saya. Saya balas candaan si Uwa di depan anak-anaknya. "Aduh si Uwa, udah sakit masih keingetan sama duit" Dulu, waktu Uwa masih bugar. Uwa emang suka minta uang sama saya. Begitu pula sebaliknya saya suka minta uang sama Uwa.
Seminggu yang lalu. Adiknya si Uwa. Saya biasa memangilnya Ene (masih kakaknya ayah saya) menyusul si Uwa. Si Ene juga meninggal karena faktor usia. Usia si Uwa sama si Ene mungkin beda setahun dua tahun. Wajah dan fisiknya juga hampir sama. Kayak kembaran. Jika ditanya saya lebih dekat ke siapa. Jujur saya dekatnya ke si Ene. Waktu saya masih bujangan. Saya sering main di rumah si Ene. Suka main dengan anak-anaknya. Suka makan dan tidur di sana.
Karena si Uwa dan si Ene sudah meninggal. Yang tersisa dari keluarga bapak tinggal ayah saya dan Bibi saya (adik ayah saya). Sementara dari keluarga ibu yang tersisa tinggal satu orang yaitu ibu saya. Kakak-kakak ibu saya (sama kakek dan nenek) semuanya meninggal di rumah saya. Jadi ayah saya dan ibu saya sudah tidak punya saudara lagi. Sebenarnya saudara jauh masih ada. Tapi dengan saudara jauh sudah jarang berkomunikasi. Ketemu dengan mereka paling kalau ada acara hajatan.
Kemarin ayah saya ngeluh. Bukan ngeluh sakit. Tapi ngeluh suka nggak kebagian makanan setiap pulang jumatan. Di sini setiap jumatan suka ada tetangga yang sedekah makanan. Makanannya macam-macam. Kadang biskuit. Kadang brownies. Kadang nasi uduk. Kadang kue lapis. Tergantung siapa yang ngasih. Masalahnya di sini anak-anak banyak banget. Jangankan ayah saya. Bapak-bapak yang lain juga suka nggak kebagian. Makanannya keburu habis diambil anak-anak.
Sebagai anak saya mungkin khilaf. Saya tidak pernah ngasih makanan ke orang tua sehabis jumatan. Padahal makan-makan sehabis jumatan itu tradisi orang tua zaman dulu. Ya, dulu ketika laki-laki pergi jumatan. Perempuan masak di rumah. Sayang, tradisi makan-makan sehabis jumatan itu sekarang sudah hilang. Pulang jumatan kita biasa-biasa saja. Kalau nggak tidur, kita langsung pergi kerja, atau selonjoran baca-baca koran dan nonton tivi.
Saya menulis artikel ini. Selain pengingat untuk diri sendiri. Sekalian mau ngingetin teman-teman yang kebetulan orang tuanya masih ada. Yuk kita bahagiain orang tua kita. Nggak harus dengan barang mewah dan mahal. Ngasih makanan sehabis jumatan juga orang tua kita kayaknya sudah senang. Syukur-syukur kalau ada rezeki lebih kita bisa ngasih mereka apa saja yang mereka inginkan. Semoga kita semua termasuk anak-anak yang soleh dan berbakti terhadap kedua orang tua. Amiin.
Sebelum tutup usia. Saya sempat menjenguknya. Meski sudah tak bisa keluar dari kamar. Uwa masih bisa berbicara. Waktu saya mau pulang. Uwa masih sempat bercanda minta uang sama saya. Saya balas candaan si Uwa di depan anak-anaknya. "Aduh si Uwa, udah sakit masih keingetan sama duit" Dulu, waktu Uwa masih bugar. Uwa emang suka minta uang sama saya. Begitu pula sebaliknya saya suka minta uang sama Uwa.
Seminggu yang lalu. Adiknya si Uwa. Saya biasa memangilnya Ene (masih kakaknya ayah saya) menyusul si Uwa. Si Ene juga meninggal karena faktor usia. Usia si Uwa sama si Ene mungkin beda setahun dua tahun. Wajah dan fisiknya juga hampir sama. Kayak kembaran. Jika ditanya saya lebih dekat ke siapa. Jujur saya dekatnya ke si Ene. Waktu saya masih bujangan. Saya sering main di rumah si Ene. Suka main dengan anak-anaknya. Suka makan dan tidur di sana.
Karena si Uwa dan si Ene sudah meninggal. Yang tersisa dari keluarga bapak tinggal ayah saya dan Bibi saya (adik ayah saya). Sementara dari keluarga ibu yang tersisa tinggal satu orang yaitu ibu saya. Kakak-kakak ibu saya (sama kakek dan nenek) semuanya meninggal di rumah saya. Jadi ayah saya dan ibu saya sudah tidak punya saudara lagi. Sebenarnya saudara jauh masih ada. Tapi dengan saudara jauh sudah jarang berkomunikasi. Ketemu dengan mereka paling kalau ada acara hajatan.
Kemarin ayah saya ngeluh. Bukan ngeluh sakit. Tapi ngeluh suka nggak kebagian makanan setiap pulang jumatan. Di sini setiap jumatan suka ada tetangga yang sedekah makanan. Makanannya macam-macam. Kadang biskuit. Kadang brownies. Kadang nasi uduk. Kadang kue lapis. Tergantung siapa yang ngasih. Masalahnya di sini anak-anak banyak banget. Jangankan ayah saya. Bapak-bapak yang lain juga suka nggak kebagian. Makanannya keburu habis diambil anak-anak.
Sebagai anak saya mungkin khilaf. Saya tidak pernah ngasih makanan ke orang tua sehabis jumatan. Padahal makan-makan sehabis jumatan itu tradisi orang tua zaman dulu. Ya, dulu ketika laki-laki pergi jumatan. Perempuan masak di rumah. Sayang, tradisi makan-makan sehabis jumatan itu sekarang sudah hilang. Pulang jumatan kita biasa-biasa saja. Kalau nggak tidur, kita langsung pergi kerja, atau selonjoran baca-baca koran dan nonton tivi.
Saya menulis artikel ini. Selain pengingat untuk diri sendiri. Sekalian mau ngingetin teman-teman yang kebetulan orang tuanya masih ada. Yuk kita bahagiain orang tua kita. Nggak harus dengan barang mewah dan mahal. Ngasih makanan sehabis jumatan juga orang tua kita kayaknya sudah senang. Syukur-syukur kalau ada rezeki lebih kita bisa ngasih mereka apa saja yang mereka inginkan. Semoga kita semua termasuk anak-anak yang soleh dan berbakti terhadap kedua orang tua. Amiin.