Saling Libas Saling Gilas Akan Menjadi Pemandangan Yang Biasa
SUDAH jangan banyak-banyak. Cukup lima saja. Saya masih ingat kata-kata itu. Diucapkan oleh pemilik toko di pasar saat saya lagi motoin tas ditemani oleh Pak Uu karyawan kepercayaannya. Waktu itu tahun 2010. Bisnis online masih terasa asing di telinga masyarakat. Jangankan orang awam. Orang-orang kaya seperti pemilik toko tas pun pada belum ngeh.
Tas wanita adalah produk pertama yang saya jual lewat online. Imas Wirdaningsih adalah pelangganan pertama saya. Selama saya jualan tas, ibu Syukraida adalah konsumen yang memborong tas paling banyak. Kurang lebih 100 pcs. Model tasnya campur. Packingnya pakai kardus bekas televisi 21 inci. Paketnya saya kirim lewat Kantor POS. Waktu itu saya belum kenal TIKI dan JNE.
Zaman kemudian berubah. Pergerakan dunia digital semakin hari semakin masif. Masyarakat mau tidak mau harus ikut beradaptasi. Dulu, kita boleh merasa bangga. Cuma kita saja yang tahu gimana caranya jualan online. Dapat penghasilan 100.000 atau 1.000.000 sehari sangat mudah. Padahal produk yang kita jual difoto menggunakan Hp sederhana. Hp Nexian buatan China. Bukan Blackberry atau kamera DSLR.
Sekarang orang-orang sudah berjualan lewat online. Barang apa saja bisa dengan mudah dijual lewat internet. Handphone yang kita punya sudah berbasis android. Hasil jepretannya tidak kalah dengan seorang fotografer. Apalagi kalau kita menguasai teknik editing di photoshop. Cuma butuh waktu beberapa menit. Barang yang kita jual sudah bisa diposting di sosmed, website, dan marketplace.
Dulu, jualan online penuh dengan drama. Saat jualan lewat blackberry konsumen bisa kabur begitu saja tanpa bisa kita kejar. Udah gitu, lagi sibuk moto produk tiba-tiba dimarahin dan disuruh pulang sama yang punya toko karena yang punya toko lagi bad mood, banyak masalah, banyak yang nagih hutang ke tokonya. Saat ini hampir semua toko, baik online maupun offline, punya admin khusus yang bisa ditelpon dan dichat kapan saja. Bisa dimintai foto produk dalam jumlah yang tak terbatas.
Zaman sekarang dramanya paling di pengiriman COD. Barang yang dikirim tidak sesuai pesanan. Konsumen tidak mau bayar. Pemilik toko online tidak pernah belajar dari pengalaman. Selalu melakukan kesalahan yang sama. Akhirnya kurir yang dimaki-maki. Semakin majunya teknologi pelayanan harusnya lebih dioptimalkan. Jangan ada istilah CS salah masukin barang. Tapi konsumen juga rewelnya jangan kebangetan. Saat melakukan transaksi, penjual dan pembeli harus sama-sama enak, sama-sama diuntungkan.
Jasa ekspedisi pun saat ini tidak bisa dimonopoli oleh satu atau dua perusahaan. Dulu kita bisa antri berjam-jam di kantor ekspedisi menunggu nomer antrian kita muncul di layar. Sekarang satu paket saja bisa langsung dijemput ke rumah. Ekspedisi raksasa ramai-ramai buka cabang dan pindah gudang. Yang belum terjun di bisnis online. Dari pada mikirin mantan yang sudah bahagia dengan suami/istrinya. Segeralah nyemplung. Karena ke depan, saling libas dan saling gilas akan menjadi pemandangan yang biasa.
Tas wanita adalah produk pertama yang saya jual lewat online. Imas Wirdaningsih adalah pelangganan pertama saya. Selama saya jualan tas, ibu Syukraida adalah konsumen yang memborong tas paling banyak. Kurang lebih 100 pcs. Model tasnya campur. Packingnya pakai kardus bekas televisi 21 inci. Paketnya saya kirim lewat Kantor POS. Waktu itu saya belum kenal TIKI dan JNE.
Zaman kemudian berubah. Pergerakan dunia digital semakin hari semakin masif. Masyarakat mau tidak mau harus ikut beradaptasi. Dulu, kita boleh merasa bangga. Cuma kita saja yang tahu gimana caranya jualan online. Dapat penghasilan 100.000 atau 1.000.000 sehari sangat mudah. Padahal produk yang kita jual difoto menggunakan Hp sederhana. Hp Nexian buatan China. Bukan Blackberry atau kamera DSLR.
Sekarang orang-orang sudah berjualan lewat online. Barang apa saja bisa dengan mudah dijual lewat internet. Handphone yang kita punya sudah berbasis android. Hasil jepretannya tidak kalah dengan seorang fotografer. Apalagi kalau kita menguasai teknik editing di photoshop. Cuma butuh waktu beberapa menit. Barang yang kita jual sudah bisa diposting di sosmed, website, dan marketplace.
Dulu, jualan online penuh dengan drama. Saat jualan lewat blackberry konsumen bisa kabur begitu saja tanpa bisa kita kejar. Udah gitu, lagi sibuk moto produk tiba-tiba dimarahin dan disuruh pulang sama yang punya toko karena yang punya toko lagi bad mood, banyak masalah, banyak yang nagih hutang ke tokonya. Saat ini hampir semua toko, baik online maupun offline, punya admin khusus yang bisa ditelpon dan dichat kapan saja. Bisa dimintai foto produk dalam jumlah yang tak terbatas.
Zaman sekarang dramanya paling di pengiriman COD. Barang yang dikirim tidak sesuai pesanan. Konsumen tidak mau bayar. Pemilik toko online tidak pernah belajar dari pengalaman. Selalu melakukan kesalahan yang sama. Akhirnya kurir yang dimaki-maki. Semakin majunya teknologi pelayanan harusnya lebih dioptimalkan. Jangan ada istilah CS salah masukin barang. Tapi konsumen juga rewelnya jangan kebangetan. Saat melakukan transaksi, penjual dan pembeli harus sama-sama enak, sama-sama diuntungkan.
Jasa ekspedisi pun saat ini tidak bisa dimonopoli oleh satu atau dua perusahaan. Dulu kita bisa antri berjam-jam di kantor ekspedisi menunggu nomer antrian kita muncul di layar. Sekarang satu paket saja bisa langsung dijemput ke rumah. Ekspedisi raksasa ramai-ramai buka cabang dan pindah gudang. Yang belum terjun di bisnis online. Dari pada mikirin mantan yang sudah bahagia dengan suami/istrinya. Segeralah nyemplung. Karena ke depan, saling libas dan saling gilas akan menjadi pemandangan yang biasa.