Akibat Pandemi Pedagang Mie Bakso Yang Biasanya Laris Jadi Sepi Pembeli

WAKTU yang tepat makan mie bakso itu antara jam 12 siang sampai jam 13 siang. Kisaran jam segitu perut sedang dalam keadaan keroncongan. Mie bakso biasa-biasa saja, yang keliling pakai motor atau yang didorong menggunakan gerobak, dimakan jam segitu rasanya enak banget. Apalagi kalau makan mie bakso favourit yang mangkal dan sudah langganan sejak lama. Sensasinya bisa berkali-kali lipat.

Itulah yang kemarin saya rasakan. Sudah lama tidak mencicipi mie bakso langganan. Saya, istri, dan anak saya sengaja pergi siang-siang. Niat aslinya sebenarnya bukan mau beli mie bakso. Tapi mau beli kado buat tetangga yang baru melahirkan. Berhubung toko kado lokasinya dekat dengan mie bakso langganan saya. Sehabis beli kado itu kita langsung buru-buru pergi ke sana.

Akibat-Pandemi-Pedagang-Mie-Bakso-Yang-Biasanya-Laris-Jadi-Sepi-Pembeli.jpg

Mie bakso langganan saya lokasinya ada di dalam gang. Di samping salah satu supermarket. Lebih tepatnya lagi di depan masjid jami legendaris yang suka dipakai jumatan karyawan dan pengunjung supermarket. Meski berada di dalam gang, meja dan kursinya lumayan panjang. Muat untuk 10 sampai 15 orang. Kalau pun tidak kebagian tempat. Kita bisa makan bakso di pelataran masjid.

Ada pemandangan yang tak biasa waktu kemarin kami makan bakso di sana. Suasana yang biasanya ramai. Baik oleh orang-orang yang mau beli bakso atau orang-orang yang hilir mudik keluar masuk supermarket. Kemarin itu benar-benar sepi banget. Nggak ada pembeli satu orang pun kecuali kami bertiga. Fenomena yang saya lihat kemarin benar-benar membuat hati saya terenyuh.

Akibat-Pandemi-Pedagang-Mie-Bakso-Yang-Biasanya-Laris-Jadi-Sepi-Pembeli

Bagaimana tidak, mie bakso langganan saya selama ini tidak pernah mengenal tanggal tua atau tanggal muda. Mau akhir bulan atau awal bulan selalu ramai diserbu pembeli. Saat menikmati mie bakso itu hati saya bertanya-tanya. Saya memang tidak suka keramaian. Apalagi kalau makan baksonya harus berjejal dan berdempetan dengan orang lain. Tapi kalau lihat meja dan kursi kosong melompong, perasaan saya kayak gimana gituh.

Efek pandemi ini menyasar ke segala bidang. Pedagang-pedagang besar banyak yang menjerit. Pedagang-pedagang kecil banyak yang pailit. Berkaca dari penjual bakso langganan saya. Dalam kondisi seperti ini, boro-boro kefikiran buat nabung atau beli baju baru sepatu baru. Dapat uang buat makan saja sudah untung. Daya beli masyarakat sekarang berkurang. Mau pergi ke mana-mana dilarang. Mobilitas masyarakat dibatasi.

Sampai kapan pandemi ini akan berakhir? Kita tidak tahu. Yang kita tahu, pemerintah tidak pernah bosan mengingatkan kita untuk selalu taat prokes. Sebagai konsumen, sekaligus mewakili masyarakat umum, dalam hati saya berdoa: "Semoga kita semua diberikan kesehatan. Tetap semangat. Apa pun yang terjadi, bisnis harus tetap berjalan. Berapa pun rezeki yang kita terima, jangan lupa untuk selalu bersyukur"
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url