Harus Diblacklist
BELUT dengan ikan lele itu beda. Belut hidup di sawah. Ikan lele hidup di kolam. Kalau ada belut hidup di kolam dan ikan lele hidup di sawah biasanya kebetulan. Kebetulan kolamnya dekat dengan sawah. Kebetulan sawahnya dekat dengan kolam. Kalau belut dan ikan lele sama-sama hidup di kolam dan jumlahnya banyak. Itu namanya dipelihara. Dibudidaya.
Saya tidak akan ngebahas budidaya belut dan ikan lele. Apalagi ngasih tips bagaimana caranya memelihara belut dan ikan lele. Saya hanya ingin cerita betapa lezat dan nikmatnya makan belut dan ikan lele. Dulu waktu saya kecil kalau pulang sekolah suka ngurek di sawah. Suka mancing belut. Belut yang saya dapat langsung dicuci, disisit perutnya pakai pisau. Dibersihkan kotorannya. Setelah itu tubuh belut dipotong jadi empat atau lima bagian. Lalu digoreng pakai garam. Dimakan dengan atau tanpa nasi.
Begitu juga dengan ikan lele. Di belakang rumah saya ada kolam kecil. Kolam kecil itu diisi dengan ikan lele dumbo. Lelenya besar-besar. Kalau mau makan dengan ikan lele tinggal disair saja. Ikan lelenya kadang digoreng kadang dipepes. Ibu yang masakin. Makannya pakai nasi, kerupuk, sambel terasi, plus lalap seperti daun kemangi, ketimun, terong, atau buncis. Makannya di pinggir kolam sambil lihat anak-anak main layangan di tengah sawah. Nikmat banget pokoknya.
Sayang, semua itu tinggal kenangan. Rumah orang tua saya yang ada kolamnya itu sekarang sudah dijual. Saya dan orang tua sudah tidak tinggal lagi di sana. Zaman pun sudah berubah. Tidak ada lagi anak-anak yang suka ngurek belut di sawah. Tidak ada lagi anak-anak yang suka main layangan di sawah. Anak-anak zaman sekarang senengnya main game online. Senengnya jalan-jalan ke mall.
Pun dengan ikan lele. Di kampung saya sudah tidak ada yang memelihara ikan lele. Kolamnya juga sudah tidak ada. Kolamnya disulap jadi rumah. Jadi kontrakan. Kalau pun ada, kolamnya kering tidak ada air. Bisa karena kemarau panjang. Bisa karena nggak ada yang ngurus nggak ada yang ngelola. Bisa juga sengaja dikeringkan. Dibiarkan begitu saja oleh yang punya. Karena nggak ada duit buat ngurus dan ngelolanya.
Kemarin saya beli pecel lele lagi di sana. Tadinya pengen beli pecel lele di tempat lain. Tapi karena di tempat lain penuh banyak yang beli. Terpaksa saya beli pecel lelenya di sana. Yang bikin saya sebel. Selain nunggu uang kembaliannya lama banget. Pas sampai di rumah. Saya buka pecel lelenya masih mentah. Kalau setengah matang masih mending. Ini masih mentah. Belut kalau digoreng setengah matang masih enak. Tapi kalo ikan lele digoreng setengah matang rasanya enek. Apalagi masih mentah?
Saya suruh istri saya untuk menggorengnya lagi. Tapi tetep rasanya nggak enak. Saya tidak habis fikir. Kok ada ya penjual warteg yang pelayannya seperti itu. Jualan kan pengen laris. Kalau pelayannya seperti itu. Menggoreng ikan lelenya asal-asalan. Pembeli pasti kapok. Tidak mau beli pecel lelel lagi di sana. Apalagi saya yang sudah dikecewakan berkali-kali. Penjual warteg itu sepertinya harus di-blacklist.