Kalau Kita Nggak Bikin Konten, Kita Yang Akan Dijadikan Bahan Untuk Konten
SELAIN berenang, enaknya piknik ke pantai itu kita bisa foto selfie. Foto di pinggir pantai. Foto di pintu gerbang selamat datang. Foto di cafe atau restoran. Foto di balkon hotel. Foto saat bersepeda. Foto saat naik kuda. Bahkan saat beli baju, beli ikan asin, dan pernak pernik untuk dibawa sebagai oleh-oleh pun kita suka menyempatkan diri untuk foto selfie. Saat piknik ke pantai itu memory Hp mendadak penuh oleh foto selfie.
Namanya objek wisata. Yang datang ke sana bukan kita saja. Saat berfoto selfie itu. Apalagi foto selfienya di pinggir pantai. Tanpa sengaja pasti ada orang lain yang ke foto oleh kita. Entah itu nelayan yang lagi mendorong perahu. Tukang foto keliling yang sedang berdiri. Pedagang ikan asin yang kebetulan lewat. Penjaga pantai yang sedang patroli. Anak kecil yang sedang memungut bola. Atau pasangan remaja yang lagi asyik bermain air.
Tanpa kita sadari. Saat lagi piknik ke pantai itu. Bukan tidak mungkin kita juga kefoto oleh orang lain yang sedang berfoto selfie. Kita jadi background foto kenangan mereka saat berwisata. Kita yang lagi berenang. Kita yang lagi makan di restoran. Kita yang lagi naik kuda. Kita yang lagi beli baju. Kita yang lagi naik sepeda. Kita yang lagi beli ikan asin. Atau kita yang lagi nungguin sunset. Ada di memory Hp mereka yang entah siapa dan orang mana.
Itu baru dari foto. Belum dari video. Selain foto selfie. Kita juga pasti suka merekam video. Pun dengan orang lain. Pasti foto selfie dan merekam video. Aktifitas mereka kerekam oleh kita. Aktifitas kita kerekam oleh mereka. Seandainya kita seorang Youtuber, atau mereka seorang Youtuber. Rekaman video kita, atau rekaman video mereka, diupload ke Youtube. Aktifitas kita atau aktifitas mereka yang tidak sengaja kerekam secara tidak langsung sudah kita jadikan konten.
Dari konten video yang kita upload ke Youtube. Kalau Chanel Youtubenya sudah monet (sudah ada iklannya) kita bisa mendapatkan uang. Di situs microstock seperti Shutterstock ada yang namanya model realese. Orang yang ada di foto atau objek yang ada di foto seperti museum, bank, restoran, mall, harus ada izin dan keterangannya. Kalau tidak ada izin dan keterangan dari objek yang kita foto. Foto kita tidak akan diterima alias ditolak.
Saya menulis artikel ini karena kemarin sepeda motor saya direkam oleh pemilik bengkel. Katanya mau dijadikan konten untuk diupload videonya ke Youtube. Motor saya direkam dengan sengaja tanpa seizin saya. Kalau di Youtube ada aturan model release seperti di situs microstock. Yang punya bengkel harusnya minta izin dulu ke saya jangan main rekam seenaknya. Karena saya belum tentu mengizinkan motor saya yang lagi dibetulin dijadikan konten.
Berhubung sudah langganan. Setiap ganti oli atau ada onderdil yang rusak suka dibengkel ke sana. Saya biarkan motor saya direkam dan dijadikan konten. Saya berfikir motor-motor yang lain pun pasti dijadikan konten sama pemilik tersebut. Lagian saya juga punya beberapa chanel di Youtube. Saya tahu dan ngerti bikin konten di Youtube itu penting. Sekarang memang sudah zamannya. Kalau kita nggak bikin konten. Kita yang akan dijadikan bahan untuk konten.
Namanya objek wisata. Yang datang ke sana bukan kita saja. Saat berfoto selfie itu. Apalagi foto selfienya di pinggir pantai. Tanpa sengaja pasti ada orang lain yang ke foto oleh kita. Entah itu nelayan yang lagi mendorong perahu. Tukang foto keliling yang sedang berdiri. Pedagang ikan asin yang kebetulan lewat. Penjaga pantai yang sedang patroli. Anak kecil yang sedang memungut bola. Atau pasangan remaja yang lagi asyik bermain air.
Tanpa kita sadari. Saat lagi piknik ke pantai itu. Bukan tidak mungkin kita juga kefoto oleh orang lain yang sedang berfoto selfie. Kita jadi background foto kenangan mereka saat berwisata. Kita yang lagi berenang. Kita yang lagi makan di restoran. Kita yang lagi naik kuda. Kita yang lagi beli baju. Kita yang lagi naik sepeda. Kita yang lagi beli ikan asin. Atau kita yang lagi nungguin sunset. Ada di memory Hp mereka yang entah siapa dan orang mana.
Itu baru dari foto. Belum dari video. Selain foto selfie. Kita juga pasti suka merekam video. Pun dengan orang lain. Pasti foto selfie dan merekam video. Aktifitas mereka kerekam oleh kita. Aktifitas kita kerekam oleh mereka. Seandainya kita seorang Youtuber, atau mereka seorang Youtuber. Rekaman video kita, atau rekaman video mereka, diupload ke Youtube. Aktifitas kita atau aktifitas mereka yang tidak sengaja kerekam secara tidak langsung sudah kita jadikan konten.
Dari konten video yang kita upload ke Youtube. Kalau Chanel Youtubenya sudah monet (sudah ada iklannya) kita bisa mendapatkan uang. Di situs microstock seperti Shutterstock ada yang namanya model realese. Orang yang ada di foto atau objek yang ada di foto seperti museum, bank, restoran, mall, harus ada izin dan keterangannya. Kalau tidak ada izin dan keterangan dari objek yang kita foto. Foto kita tidak akan diterima alias ditolak.
Saya menulis artikel ini karena kemarin sepeda motor saya direkam oleh pemilik bengkel. Katanya mau dijadikan konten untuk diupload videonya ke Youtube. Motor saya direkam dengan sengaja tanpa seizin saya. Kalau di Youtube ada aturan model release seperti di situs microstock. Yang punya bengkel harusnya minta izin dulu ke saya jangan main rekam seenaknya. Karena saya belum tentu mengizinkan motor saya yang lagi dibetulin dijadikan konten.
Berhubung sudah langganan. Setiap ganti oli atau ada onderdil yang rusak suka dibengkel ke sana. Saya biarkan motor saya direkam dan dijadikan konten. Saya berfikir motor-motor yang lain pun pasti dijadikan konten sama pemilik tersebut. Lagian saya juga punya beberapa chanel di Youtube. Saya tahu dan ngerti bikin konten di Youtube itu penting. Sekarang memang sudah zamannya. Kalau kita nggak bikin konten. Kita yang akan dijadikan bahan untuk konten.