Tidak Bisa Jauh Dan Lepas Dari Angka 2

DARI dulu sampai sekarang, entah kenapa, saya suka banget dengan angka 2. Mungkin karena waktu SD saya sering rangking 2. Suka duduk di jejeran bangku ke 2 dan pernah jadi wakil KM (ketua murid). Kalau boleh jujur, sejak kecil memang saya tidak suka jadi nomer 1. Tidak suka jadi nomer 3, nomer 4, apalagi seterusnya. Buat saya nomer 2 itu pertengahan. Terkenal nggak. Nggak terkenal juga nggak.

Kecintaan saya pada nomer 2. Terbawa sampai saya remaja. Saya suka banget sepakbola. Kostum bola yang saya kenakan selalu nomer 2. Kalau nomer 2 sudah ada yang punya saya pakai nomer yang ada angka 2-nya. Misal 12 atau 25. Pernah suatu kali saya pakai nomer punggung 11. Itu karena terpaksa. Nomer punggung 2, 12, dan 25 sudah ada yang punya. Pertimbangan saya pakai nomer 11 sepintas mirip 1+1 sama dengan 2. Jadi meskipun pakai nomer 11 saya selalu merasa pakai nomer 2.

Tidak-Bisa-Jauh-Dan-Lepas-Dari-Angka-2.jpg

Waktu saya menikah. Saya coba menghindari angka 2. Pertama kali ngontrak, angkut-angkutnya saya pilih tanggal 8. Angka 8 menurut saya angka yang cantik. Bentuknya melingkar tanpa ujung. Saya berharap rezeki saya tidak pernah putus. Hasilnya, selama tinggal di kontrakan harta yang saya punya habis buat bayar kontrakan. Saya pindah lagi ke kontrakan yang baru. Angkut-angkutnya saya pilih tanggal 11. Jualan laris manis. Semua harta yang hilang kebeli lagi. Lalu istri saya hamil.

Karena kontrakan yang tanggal 11 tempatnya sempit. Sementara istri saya mau melahirkan. Saya coba pindah ke kontrakan yang baru. Angkut-angkutnya tetap tanggal 11. Kontrakan yang baru bangunannya cukup luas. Di sana jualan saya makin laris. Tapi saya malah sakit-sakitan. Uang hasil usaha ludes dipakai buat biaya berobat. Saya lalu berfikir. Apa yang saya alami tidak ada kaitannya dengan angka. Kaitannya justru dengan tempat. Kontrakan yang saya tempati sepertinya jelek buat dipakai usaha.

Tidak-Bisa-Jauh-Dan-Lepas-Dari-Angka-2.jpg

Setelah sembuh dari sakit. Saya cari lagi kontrakan. Saat pindah ke kontrakan yang baru angkut-angkutnya saya pilih tanggal 8. Alhamdulillah, selama 3 tahun tinggal di kontrakan yang baru usaha saya stabil. Tidak ada gangguan sedikit pun. Keuangan lancar. Tiap tanggal bayar kontrakan uang selalu ada. Dari sana saya mulai menyimpulkan. Angka kadang ngaruh kadang enggak. Tapi yang masih menjadi pertanyaan, kalau kita mau nikah, mau tunangan, kenapa orang tua kita suka menghitung hari, tanggal dan waktu yang cocok?

Balik lagi ke nomer 2. Kemarin waktu antar anak dan istri ke sekolah mau ambil rapor. Saya dibisikin oleh istri saya. Anak saya katanya dapat rangking 2. Istri saya tahu rangking 2 karena dibisikin oleh wali kelasnya. Wali kelasnya nitip jangan dibilangin ke siapa-siapa dulu. Murid-murid yang lain biar tahunya nanti saja pas wisuda. Sebagai orang tua, tentu kami merasa senang. Anak kami termasuk murid yang berprestasi. Saya jadi teringat, pas awal-awal masuk sekolah, anak saya suka nangis kalau telat dijemput pulang.

Masih soal angka 2. Kekagetan saya semakin bertambah setelah tahu istri juga katanya waktu SD suka dapat ranking 2. Dalam hati saya pun bertanya: anak saya dapat rangking 2 apakah karena turunan? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Iya, karena mungkin ada faktor genetik. Tidak, karena kami kadang kerepotan kalau ada tugas yang harus dikerjakan di rumah. Yang membuat kami merasa terhibur. Jika dirunut ke belakang, melihat fakta dan kenyataan, kami memang tidak bisa jauh dan lepas dari angka 2. Angka 11 dan 8 itu cuma selingan
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url