Catatan Akhir Ramadan 2021
LIMA hari menjelang hari raya, saya sudah bosan berbuka dan makan sahur. Bukan malas berpuasa. Tapi bingung buka dan sahurnya makan apa. Hampir semua makanan sudah saya cicipi. Setiap menu makanan yang saya beli atau yang dimasak sama istri rata-rata sudah saya santap sebanyak 2 kali. Kalau harus 3 atau 4 kali lidah saya sepertinya sudah menolak.
Selama lima hari terakhir makan dan minum saya, baik saat berbuka atau saat makan sahur, sudah tidak terencana. Makan dan minum seketemunya saja. Makan yang ada saja. Kalau pun harus makan dengan mie rebus buat saya tidak masalah. Yang penting ketika adzan maghrib saya harus berbuka. Sebelum imsak saya harus makan sahur. Minumnya teh manis dan air putih seperti biasa.
1 hari menjelang hari raya. Saya ikut acara buka bersama. Menu makan dan minumnya biasa saja. Tapi entah kenapa hati saya merasa senang. Mungkin karena saya ikut bersama anak-anak pengajian asuhan bapak mantan walikota. Yang kebetulan anak saya menjadi muridnya. Lihat anak-anak berkumpul. Duduk bersama. Memakai seragam yang sama. Makan dan minum bersama. Sebagai orang tua tentu saya merasa gembira. Ini pertama kalinya anak saya ikut acara buka bersama.
Yang bikin saya terharu dan bahagia. Saya bisa duduk bersama bapak mantan walikota. Bisa berfoto bersama beliau. Aslinya saya curi-curi kesempatan. Dengan alasan untuk dokumentasi. Tapi beliau sepertinya tidak keberatan. Beliau publik figur sekaligus mantan pejabat. Sudah sering bersahabat dengan jepretan kamera. Mana mungkin protes ketika diajak foto bersama. Apalagi di tempat yang jelas-jelas beliau sebagai orang tua, penasehat, pengelola, donatur, sekaligus pimpinan pengajian.
Bulan puasa tahun ini. Perasaan yang saya rasakan bener-bener campur aduk. Susah ada. Senang ada. Kesal ada. Emosi ada. Gembira ada. Tegang ada. Penyesalan juga ada. Ramadan tahun 2021 ini sangat-sangat memicu adrenalin. Meski demikian yang patut saya syukuri saya masih diberikan kesehatan dan kekuatan bisa menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Dua hari pertama memang sempat mual dan pusing. Tapi hari-hari berikutnya alhamdulillah lancar.
Untuk ibadah yang lain. Seperti sholat 5 waktu. Sholat tarawih. Tadarus al-quran. Mungkin saya jauh dari kata sempurna. Saya hanya berusaha melaksanakannya semampu yang saya bisa. Saya berdoa semoga semua amal ibadah yang saya lakukan selama bulan puasa diterima oleh Allah SWT. Manusia boleh berencana. Manusia boleh memiliki traget. Tapi situasi dan kondisi kadang bisa menjadi halangan dan batu sandungan.
Hari ini adalah hari terakhir saya menulis artikel serial Ramadan. Sahur terakhir alhamdulillah saya, istri dan anak saya makan dengan soto daging sapi kesukaan. Mungkin ini bisa disebut happy ending. Saya sekeluarga bisa makan enak. Semua cerita yang terjadi di bulan suci Ramadan biarlah berlalu Biarlah menjadi kenangan. Kisah sedih, haru, tegang, mendebarkan, jangan sampai terulang dan harus dijadikan sebuah pelajaran. Akhir kata, buat teman-teman yang selalu setia membaca blog saya dari hati yang paling dalam saya sekeluarga ingin mengucapkan:
“Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1442 Hijriah. Taqobballahu minna wa minkum. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga kita semua diberi umur panjang untuk bisa menikmati bulan suci Ramadan tahun depan. Aamiin.”
Selama lima hari terakhir makan dan minum saya, baik saat berbuka atau saat makan sahur, sudah tidak terencana. Makan dan minum seketemunya saja. Makan yang ada saja. Kalau pun harus makan dengan mie rebus buat saya tidak masalah. Yang penting ketika adzan maghrib saya harus berbuka. Sebelum imsak saya harus makan sahur. Minumnya teh manis dan air putih seperti biasa.
1 hari menjelang hari raya. Saya ikut acara buka bersama. Menu makan dan minumnya biasa saja. Tapi entah kenapa hati saya merasa senang. Mungkin karena saya ikut bersama anak-anak pengajian asuhan bapak mantan walikota. Yang kebetulan anak saya menjadi muridnya. Lihat anak-anak berkumpul. Duduk bersama. Memakai seragam yang sama. Makan dan minum bersama. Sebagai orang tua tentu saya merasa gembira. Ini pertama kalinya anak saya ikut acara buka bersama.
Yang bikin saya terharu dan bahagia. Saya bisa duduk bersama bapak mantan walikota. Bisa berfoto bersama beliau. Aslinya saya curi-curi kesempatan. Dengan alasan untuk dokumentasi. Tapi beliau sepertinya tidak keberatan. Beliau publik figur sekaligus mantan pejabat. Sudah sering bersahabat dengan jepretan kamera. Mana mungkin protes ketika diajak foto bersama. Apalagi di tempat yang jelas-jelas beliau sebagai orang tua, penasehat, pengelola, donatur, sekaligus pimpinan pengajian.
Bulan puasa tahun ini. Perasaan yang saya rasakan bener-bener campur aduk. Susah ada. Senang ada. Kesal ada. Emosi ada. Gembira ada. Tegang ada. Penyesalan juga ada. Ramadan tahun 2021 ini sangat-sangat memicu adrenalin. Meski demikian yang patut saya syukuri saya masih diberikan kesehatan dan kekuatan bisa menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Dua hari pertama memang sempat mual dan pusing. Tapi hari-hari berikutnya alhamdulillah lancar.
Untuk ibadah yang lain. Seperti sholat 5 waktu. Sholat tarawih. Tadarus al-quran. Mungkin saya jauh dari kata sempurna. Saya hanya berusaha melaksanakannya semampu yang saya bisa. Saya berdoa semoga semua amal ibadah yang saya lakukan selama bulan puasa diterima oleh Allah SWT. Manusia boleh berencana. Manusia boleh memiliki traget. Tapi situasi dan kondisi kadang bisa menjadi halangan dan batu sandungan.
Hari ini adalah hari terakhir saya menulis artikel serial Ramadan. Sahur terakhir alhamdulillah saya, istri dan anak saya makan dengan soto daging sapi kesukaan. Mungkin ini bisa disebut happy ending. Saya sekeluarga bisa makan enak. Semua cerita yang terjadi di bulan suci Ramadan biarlah berlalu Biarlah menjadi kenangan. Kisah sedih, haru, tegang, mendebarkan, jangan sampai terulang dan harus dijadikan sebuah pelajaran. Akhir kata, buat teman-teman yang selalu setia membaca blog saya dari hati yang paling dalam saya sekeluarga ingin mengucapkan:
“Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1442 Hijriah. Taqobballahu minna wa minkum. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga kita semua diberi umur panjang untuk bisa menikmati bulan suci Ramadan tahun depan. Aamiin.”