Pecay Bango

Pecay-Bango-1.jpg
BOSAN sebenarnya ngebahas mie ayam terus. Kayak nggak ada makanan lain saja. Tapi mau gimana lagi. Akhir-akhir ini, entah kenapa, keseharian saya tidak bisa dipisahkan dari mie ayam. Setelah kemarin pulang jumatan makan mie ayam di tempat langganan. Hari ini (hari sabtu) saya langsung mencicipi mie ayam lagi di rumah mertua. Saat menulis artikel ini saya lagi di rumah mertua. Anak dan istri pengen mudik. Mereka pengen menikmati liburan tahun baru di rumah ibu dan neneknya.

Setiap berkunjung ke rumah mertua. Makanan pertama yang ingin saya santap selalu mie ayam. Kenapa mie ayam? Karena di kampung mertua, jajanan yang bikin saya penasaran cuma mie ayam. Mie bakso di kampung mertua kurang begitu menggoda. Saya pernah beli beberapa kali dari penjual mie bakso yang menggunakan mobil dan sepeda motor. Rasanya biasa-biasa saja. Nggak ada yang sreg.

Pecay-Bango-2.jpg
Beda dengan mie ayam yang mangkal di perempatan dekat rumah mertua. Dari pertama menikah sampai saya punya anak rasanya benar-benar istimewa. Saya tidak akan membandingkan mie ayam yang biasa saya beli dengan mie ayam yang ada di kampung mertua. Soalnya beda kota. Kalau dibanding-bandingin nggak apple to apple. Yang ingin saya ceritain mie ayam di kampung mertua komposisinya agak unik.

Di tempat saya (seperti mie ayam pada umumnya) isinya terdiri dari mie, saosin, daging ayam, kecap dan saus. Di kampung mertua, saosinnya diganti dengan pecay. Kecapnya menggunakan kecap Bango. Saya tidak begitu suka dengan pecay. Kalau istri atau ibu saya bikin sayur atau lodeh pecay. Saya jarang memakannya. Begitu pula dengan kecap. Kecap yang biasa saya konsumsi kecap ABC bukan kecap Bango.

Pertama kali makan mie ayam di rumah mertua jujur saya kaget. Sedikit pun tidak mengira pecay yang tidak pernah saya suka sejak kecil tiba-tiba harus saya makan. Untuk kecap bango sebenarnya tidak ada masalah. Kecap Bango sama kecap ABC rasanya beda-beda tipis. Yang jadi masalah itu pecay. Tadinya saya ragu. Enak nggak sih? Tapi begitu saya mencobanya. Sekarang malah jadi ketagihan. Main ke rumah mertua nggak beli mie ayam rasanya seperti ada yang kurang. Mudiknya jadi kurang seru.


Pecay-Bango-3.jpg
Btw, setelah makan mie ayam di rumah mertua kemarin. Tiba-tiba saya jadi kefikiran. Pecay dan kecap Bango ini bisa jadi trik marketing. Penjual mie ayamnya pintar dan jeli. Dia tahu gimana caranya memikat hati konsumen. Dia pengen nunjukin ke orang-orang. Mie ayam punya kita berbeda lho. Dan terbukti usaha penjual mie ayam tersebut ternyata berhasil. Mie ayamnya laris manis.

O iya, selain pecay dan kecap bango. Ada satu lagi kelebihan yang membuat mie ayam tersebut banyak sekali pembelinya. Mie ayam tersebut jualannya dijadwal. Dia sewa lapak di beberapa tempat. Dalam satu minggu masing-masing tempat kebagian jatah dua hari. Hari sabtu dan minggu jualan di dekat rumah mertua. Sisanya jualan di tempat lain. Dengan sistem seperti itu orang-orang jadi tidak bosan. Orang-orang selalu menanti kehadirannya.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url