Doa Selfie
DOA sebelum dan sesudah makan banyak yang sudah hapal di luar kepala. Doa-doa semacam itu, termasuk surat-surat pendek, sudah diajarkan semenjak kita anak-anak. Anak-anak biasanya sudah hafal doa-doa tersebut. Kalau ada orang tua yang tidak tahu doa-doa pendek seperti doa masuk rumah, doa masuk kamar mandi, doa saat bepergian, doa saat ada hujan, kemungkinan waktu kecilnya nggak pernah sekolah agama.
Ada yang hafal doa-doa tapi tidak pernah diamalkan. Jadinya lupa. Saya tidak ingin menyalahkan siapa pun. Kalau ada yang merasa. Mari kita saling introspeksi. Namanya manusia tempatnya lupa dan khilaf. Kadang saya pun seperti itu. Banyak lupanya dari pada ingatnya. Banyak bengkoknya dari pada lurusnya. Di zaman yang penuh dengan godaan ini. Kita harus banyak-banyak beristigfar.
Yang bikin sedih. Keutamaan doa sekarang kalah oleh kepentingan selfie. Orang tua zaman dulu sebelum makan berdoa dulu. Orang tua zaman sekarang sebelum makan foto selfie dulu. Lagi-lagi saya tidak ingin menyalahkan siapa pun. Kebiasaan-kebiasaan seperti itu sekarang sudah menjadi hal lumrah. Tanpa batas. Hampir semua kelas. Yang tua yang muda. Cewek cowok. Kaya miskin. Kalau ada momen untuk foto selfie. Ya, dilakuin. Dipantes-pantesin. Apalagi sekarang sudah ada aplikasinya. Narsis sedikit (mungkin) boleh-boleh saja.
Saya punya akun facebook. Tapi jarang posting. Saya punya akun instagram. Tapi jarang login. Kalau lagi main ke mana. Lagi makan di mana. Terus ada spot yang menggoda. Ada makanan yang sulit didapat. Saya suka gatal untuk memfotonya. Tapi tidak gatal untuk buru-buru posting di sosmed. Hasil jepretan saya kebanyakan ngendap di Hp. Dari 5 objek yang difoto. Yang diposting cuma 2 atau 3 foto saja. Itu juga jedanya sangat lama. Hari ini difoto. Minggu depan baru diposting.
Foto selfie sekilas sah-sah saja. Sudah zamannya mau gimana lagi. Kita tidak bisa menghindar. Kalau masalah niat kembali ke diri masing-masing. Tapi kalau boleh sedikit kasih saran. Jangan mengumbar foto yang ujungnya menimbulkan fitnah. Menimbulkan hasrat seksual. Yang bisa membuat orang berfikir negatif. Bisa membuat orang kefikiran berbuat jahat. Masalahnya, batasan antara sopan dan seronok ternyata sangat tipis. Kita tidak bisa membedakan mana foto selfie yang baik. Mana foto selfie yang tidak baik. Perspektif orang berbeda-beda.
Beruntunglah buat Anda yang memiliki keluarga atau pasangan yang tidak doyan selfie dan narsis di sosmed. Bersyukurlah buat Anda yang punya keluarga atau pasangan yang aqidahnya kuat. Beruntung dan bersyukur buat Anda yang masih menjunjung tinggi norma-norma agama dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Nggak apa-apa dibilang jadul, konservatif, monoton, atau ketinggalan zaman juga. Toh, itu semua cuma anggapan orang. Cuma penilaian orang. Yang penting hidup kita happy. Aktifitas kita normal.