Pentingnya Manajemen Keuangan


Pentingnya-Manajemen-Keuangan-1.jpg
BUBUR ayamnya sama-sama enak. Sama-sama favourit. Jualannya juga sama-sama di tempat strategis. Kalau nasib mereka berbeda. Kesalahannya mungkin ada di manajemen keuangan yang amburadul. Atau karena nasib yang kurang mujur. Manajemen keuangan dalam bisnis itu penting. Salah mengelola keuangan. Bisnis yang kita bangun akan berjalan dengan stagnan. Maju nggak. Mundur juga nggak.

Kalau soal nasib. Itu urusannya lebih dalam lagi. Nasib seseorang ditentukan oleh sikap dan prilaku kita sehari-hari. Kalau kita sering melakukan maksiat, sering mabuk, sering judi, suka berbohong, suka menjelek-jelekan orang, jarang beribadah, jarang bersedekah. Biasanya bisnisnya tidak akan berkembang. Rezeki yang kita dapat tidak akan mendapatkan keberkahan. Bisnis yang bagus itu adalah bisnis yang dikelola secara profesional. Manajemen keuangannya rapi. Pemilik bisnisnya memiliki attitude yang baik.


Pentingnya-Manajemen-Keuangan-2.jpg
Kaitannya artikel ini dengan bubur ayam. Setiap pagi saya suka sarapan bubur ayam. Malam juga, kalau lagi malas makan nasi, saya suka makan bubur ayam. Dari semua penjual bubur ayam yang pernah saya beli. Ada 3 penjual bubur ayam yang jadi langganan saya. Pertama bubur ayam yang ada di depan Bank BNI. Kedua bubur ayam yang ada di komplek olahraga. Ke tiga bubur ayam yang ada di depan kantor JNE. Dari ke 3 penjual bubur ayam langganan saya itu. Yang nasibnya kurang baik adalah penjual bubur ayam yang ada di komplek olahraga.

Yang jualan di depan bank BNI. Lebaran kemarin habis merenovasi rumah. Dari jualan bubur ayam, pasangan suami istri itu, bisa menyelesaikan rumah yang tadinya semi permanen menjadi permanen. Yang jualan di depan kantor JNE. Sudah tiga kali ganti mobil. Awal jualan pakai mobil carry tahun lama, terus ganti dengan mobil carry yang tahunnya agak mudaan dikit. Sekarang, saat artikel ini ditulis, mobilnya sudah ganti jadi suzuki APV.


Pentingnya-Manajemen-Keuangan-3.jpg
Sementara penjual bubur ayam yang ada di komplek olahraga.
Dari dulu sampai sekarang kondisinya tidak berubah. Terakhir beli di sana. Istrinya mengeluh. Jualan sepi. Ekonomi sulit. Suaminya tidak ketinggalan. Menyalahkan kebijakan pemerintah. Padahal yang beli selalu ada. Apalagi kalau hari minggu. Banyak yang berolahraga. Banyak yang beli bubur ayam di sana.

Bubur ayam yang mereka jual harganya di atas rata-rata. Sebanding dengan rasanya. Harga tinggi rasa enak. Konsumen tidak akan protes. Mereka akan beli dan beli lagi. Lokasi jualannya juga strategis. Tempat di mana orang-orang biasa berlalu lalang. Sekarang banyak penjual yang lebih mengutamakan aksesoris. Untuk menarik pengunjung, diciptakan spot untuk foto selfie. Ketiga penjual bubur ayam itu tidak bermain di area itu. Mereka berjualan masih dengan cara-cara tradisional.

Masalahnya kenapa yang dua sukses yang satu belum? Kembali ke manajemen keuangan tadi. Yang dua bisa mengatur pemasukan dan pengeluaran dengan baik. Yang satunya lagi tidak terkontrol. Berapa uang yang masuk berapa yang keluar tidak dicatat secara rinci. Belum masalah attitude. Yang dua disiplin, harmonis, dan agamis. Yang satunya lagi cuek dan suka nyinyir.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url