Ketemu Teman Lama


Ketemu-Teman-Lama-1.jpg
HARI minggu kemarin. Rencana mau pergi ke festival. Sekeluarga. Adik, ibu, sama keponakan sudah berangkat duluan. Saya, istri, sama anak, menyusul. Sesampainya di festival. Perut saya mendadak mules. Saya izin ke istri untuk nyari toilet. Di ujung perempatan ada toilet umum. Kebetulan jaraknya dekat. Saya jalan kaki cepat-cepat. Nahas, ternyata toilet umumnya penuh. Toiletnya cuma dua kamar. Yang antri ada lima orang. Enam dengan saya. Yang lima orang mungkin bisa sabar. Kalau saya tidak bisa. Perut saya sudah tidak bisa diajak kompromi.

Dengan kekuatan yang ada. Saya buru-buru pergi ke tempat parkir. Saya ambil motor. Pergi meninggalkan area Festival. Tujuan saya mau nyari toilet yang sepi, yang nggak antri. Tapi di jalan saya sempat kebingungan. Saya nggak jelas mau ke mana. Untung keingetan sama masjid yang biasa saya singgahi sepulang kirim paket. Kebetulan lokasinya tidak jauh dari area Festival. Tanpa fikir panjang saya langsung menuju ke sana. Alhamdulillah, toilet di masjid tersebut kosong. Saya langsung buru-buru masuk.

Ketemu-Teman-Lama-2.jpg
Keluar dari toilet saya bergegas ke tempat penyimpanan sandal. Saya mau pergi lagi ke Festival. Tapi saya lihat jam ternyata sebentar lagi mau maghrib. Akhirnya saya putuskan untuk sholat maghrib dulu. Habis maghrib baru berangkat. Saat menunggu kumandang adzan maghrib. Saya melihat seseorang yang sepertinya saya kenal. Masuk ke area masjid. Pakai sepeda motor Honda Revo. Dia bergegas ke tempat wudhu. Yang tempat wudhunya persis di tempat saya lagi duduk.

Saya panggil namanya satu kali, dia cuma melirik. Sepertinya dia sangsi. Saya juga. Tapi saya masih penasaran. Orang itu orang yang saya kenal. Dulu. Sudah lama tidak ketemu. Dari rambutnya, tubuhnya, tatapan matanya saya masih hafal. Karena penasaran saya hampiri saja ke tempat wudhu untuk menegur orang tersebut. Benar saja. Dia orang yang saya kenal. Kita pernah dekat. Sangat dekat. Kitapun langsung ngobrol dengan akrab.

Namanya Kang Wawan. Kita sering ketemu di perpustakaan. Awalnya tidak saling kenal. Tapi karena merasa senasib seperjuangan. Sama-sama sedang mencari perkerjaan. Cari ide dan inspirasi, barangkali ada yang bisa digali. Cari lowongan pekerjaan yang cocok yang disediakan di koran-koran yang disediakan oleh perpustakaan. Kita pun berkenalan. Dari situlah pertemanan dan persahabatan kita dimulai.

Ketemu-Teman-Lama-3.jpg
Saya sudah pensiun dari perpustakaan. Semenjak menikah saya sudah tidak pergi lagi ke perpustakaan. Perpustakaan hanya sebagai batu loncatan saja. Begitu saya menemukan pekerjaan. Begitu saya menikah. Hati dan jiwa saya mungkin masih ada di perpustakaan. Tapi raga saya sudah terpaku dan terjerat rutinitas sehari-hari. Untuk menghidupi anak istri. Untuk mewujudkan mimpi-mimpi.

Bagaimana dengan Kang Wawan?

Dari terakhir kita ketemu beberapa tahun silam, sampai kita ketemu lagi di pelataran masjid kemarin sore. Yang berubah hanya perkerjaannya saja. Dulu Kang Wawan kerja jadi sales marketing. Sekarang kerja jadi ojek online. Kalau statusnya tetap masih bujangan. Kang Wawan belum menikah. Saya kurang tahu kenapa sampai sekarang Kang Wawan masih asyik membujang. Mungkin belum ketemu jodohnya. Mungkin Kang Wawan ingin hidup mapan dulu. Walau pun usianya sudah hampir atau lewat dari empat puluh.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url