Gara-Gara-Seribu, Nombok Lima Ribu
SANTAP siang. Selain makan bakso atau mie ayam. Enaknya makan rujak. Apalagi rujaknya rujak bebek. Rujak yang ditumbuk-tumbuk itu. Dijamin seger banget. Tapi di tempat saya jarang ada yang jualan rujak bebek. Adanya jualan rujak petis. Itu juga rasanya nggak enak. Jadi saya jarang makan rujak.
Waktu saya mau jemput anak saya di rumah orang tua saya. Beberapa minggu yang lalu. Saya ketemu penjual rujak bebek di jalan. Karena sudah lama nggak makan rujak. Kebetulan saat itu siang hari. Waktu yang pas untuk makan yang pedas-pedas. Saya beli 3 porsi dibungkus. Dua porsi untuk saya dan istri saya. 1 porsi lagi untuk ibu saya.
Selain beli rujak bebek. Saya beli buah pepaya yang sudah dipotong-potong 3 biji. Buah pepaya yang 3 biji itu satu buat anak saya. Dua lagi buat keponakan saya. Rujak bebek satu bungkus harganya Rp 5.000. Beli 3 bungkus semuanya Rp 15.000. Terus buah pepaya sepotongnya harganya Rp 2.000. Beli 3 biji semuanya Rp 6.000. Total semuanya berarti Rp 21.000.
Nah, karena saya beli banyak. Rujak bebek 3 bungkus. Buah pepaya 3 biji. Sementara yang lain cuma beli satu-dua bungkus. Saat itu yang beli rujak bebek bukan saya saja. Saya nawar sama si abang penjual rujaknya. Duitnya dipasin saja jadi Rp. 20.000. Tapi kata si abang penjual rujak jangan katanya. Sekarang harga buah-buahan di pasar pada naik. Rp. 1.000 itu untungnya.
Nah, pas saya muterin motor. Kana posisi motor saya saat itu melawan arah. Rujak yang lagi dimasukin sama si abang ke kantong plastik tiba-tiba terjatuh satu. Itu bukan salah saya. Tapi kesalahan si abang yang kurang hati-hati. Masukin rujak ke dalam kantongnya sembrono. Karena tumpah ke jalan. Terpaksa deh sama si abang dibikinin lagi rujak yang baru.
Di jalan, saya jadi ngomong sendiri, coba kalau tadi dipasin jadi Rp 20.000. Mungkin rujaknya nggak akan terjatuh. Gara-gara Rp 1.000. Jadi nombok Rp 5.000.