Tikus Sialan!


Tikus-Sialan-1.jpg
KAKI saya pernah digigit tikus. Ujung jari sebelah kanan. Sakit banget. Darah berceceran. Kejadiannya jam 12 malam. Waktu itu saya tidur di ruang tengah. Tikus masuk menggerogoti lapisan kursi. Masuk ke dalam. Terus nggak bisa keluar. Bolak-balik di dalam kursi mengeluarkan suara berisik. Saya yang sedang ternyenyak jelas terganggu. Setengah bermimpi, saya hardik tikus itu dengan menghentakan kaki ke arah kursi. Maksud saya biar tikus diam. Tapi tikus malah berontak. Saya kesal dan marah. Saya terjang lagi kursi itu dengan keras. Nahas. Kaki saya malah digigit dari dalam.

Saya nangis. Marah. Sialnya tikus itu selamat. Dia berhasil kabur. Sampai tulisan ini saya buat. Saya tidak pernah ketemu lagi dengan tikus itu. Kejadiannya sudah lama. Di rumah saya yang lama. Tikusnya sekarang mungkin sudah tinggal nama. Dimakan usia. Atau diterkam kucing tetangga. Tapi rasa sakit gigitannya sampai sekarang masih terasa. Menyisakan trauma. Juga dendam yang membara.


Tikus-Sialan-2.jpg
Di rumah yang baru. Awalnya tidak ada tikus. Belakangan malah jadi ada tikus. Sangat mengganggu. Suka mengeluarkan suara yang berisik. Bukan dari atas atap. Tapi dari lubang WC. Saya tidak tahu bagaimana ceritanya ada tikus di dalam saluran WC. Yang jelas tiap hari, biasanya tengah malam, tikus itu mendorong-dorong penutup lubang WC. Ada yang berhasil keluar. Ada juga yang gagal.

Di rumah yang baru. Saya sudah 3 kali membunuh tikus. Dua di dalam rumah. Satu di depan rumah. Tikus yang saya bunuh di depan rumah bersembunyi didalam kardus laptop. Awalnya tidak ketemu. Setelah saya obrak-abrik. Barang-barang saya angkut keluar. Saya sorot dengan lampu senter. Tikusnya kedapatan lagi ngumpet. Matanya kesorot lampu senter. Saya seret-seret saja kardusnya biar keluar. Begitu keluar langsung saya timpuk saja kepalanya.

Tikus-Sialan-3.jpg
Saya membunuh ketiga tikus itu dengan alat yang sama. Besi panjang bekas patahan pagar depan. Seperti di rumah saya yang lama. Tikus itu keluar dari lubang WC mungkin lapar cari makanan. Tapi kehadirannya menggangu manusia. Kalau dibiarkan bisa mengacak-acak isi rumah. Bukan cuma menggerogoti kursi. Minyak goreng yang ada di dapur juga sampai tumpah ruah.

Sudah mati tiga ekor. Saya fikir sudah tidak ada lagi teror. Dugaan saya ternyata meleset. Tikus-tikus itu masih ada. Kayaknya mereka beranak pinak di saluran WC. Kalau suasana rumah lagi sepi. Mau siang atau malam. Suara berisik selalu terdengar dari kamar mandi. Mengganggu sekali. Tapi sekarang saya sudah tidak khawatir lagi. Tikus itu tidak bakalan bisa keluar lagi. Lubang WC-nya sudah saya tutupi dengan batu kali.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url