Sang Petualang Yang Mencari Ketenangan Hidup
ORANG-orang memanggilnya Amay. Tapi saya sering memanggilnya Om. Karena dia juga suka memanggil saya dengan sebutan Om. Dia orang Brebes. Saya kenal dengannya ketika dia jadi operator warnet di Pasar Cikurubuk dan saya jadi pelanggan warnet tersebut. Dia yang pertama kali ngasih tahu saya situs filehippo sama 4shared, dua situs yang sudah lama tidak saya buka.
Kenangan yang paling melekat tentang dia tentu saja saat ada gempa besar pada bulan september 2009. Siang itu, kami semua berhamburan dari dalam warnet untuk menyelamatkan diri. Tapi pas keluar malah ada gempa susulan yang lebih besar yang membuat menara masjid di samping warnet goyang-goyang.
Sebelum merantau ke Muara Bungo, Jambi. Amay sempat menjadi operator warnet lagi di perempatan Cicariang. Karena lokasinya dekat, saya jadi sering main ke warnet lagi. Kita jadi sering ketemu. Sayang, umur warnetnya tidak panjang. Amay pindah kerja ke Bandung. Saya ikutan program reguler penyiar radio dan broadcasting di LP3I.
Di Muara Bungo, Amay katanya kerja mengurus kebun kelapa. Gajinya nggak seberapa, hanya cukup buat makan dan minum sehari-hari saja. Tapi tinggal di sana katanya enak. Jauh dari keramaian. Waktu saya tanya kapan nikah? Dia malah balik tanya, om sendiri kapan nikah? Kita pun tertawa terbahak-bahak, soalnya waktu itu kita lagi sama-sama jomblo.
Alhamdulillah, Amay sekarang sudah menikah. Istrinya sedang hamil 4 bulan. Tapi sekarang dia sudah nggak di Muara Bungo lagi. Dia sekarang di Manubar Kaltim, bekerja di salah satu pabrik kelapa sawit. Jarak kita semakin jauh. Tapi jalinan silaturahmi kita semakin erat. Hidup memang penuh dengan pilihan. Di saat banyak mantan penjaga warnet yang sukses jadi internet marketer. Amay lebih suka mengasingkan dirinya didalam hutan. Jauh di pedalaman.
Terakhir, waktu kita lagi telpon-telponan, saya sempat tanya:
“Om tinggal di sana enak ya?” Amay cuma bilang begini,
“Gimana ya Om. Mungkin di sini jalan rusak dan nggak ada listrik. Tapi hidup kita tenang”