Sukses Itu Tidak Harus Dengan Kamu
UNTUK masalah percintaan. Saya termasuk orang yang sering mengalami kegagalan. Gagal di sini bukan berarti saya sering ditolak perempuan. Gagal yang saya maksud adalah gagal dalam membina hubungan. Setiap kali saya pacaran, hubungannya tidak pernah lama. Paling lama 5 bulan. Putusnya juga karena masalah sepele. Kalau bukan saya yang egois, pacar saya yang mau menang sendiri.
Kalau soal ditolak. Seingat saya, saya hanya dua kali ditolak, itu pun dengan alasan yang cukup logis. Pertama, saya tidak tahu diri, suka sama cewek cantik yang status ekonominya di atas saya. Ke dua, saya salah orang, suka sama cewek yang prioritas utamanya adalah pendidikan. Setelah lulus kuliah, jadi sarjana, mendapat pekerjaan di sebuah lembaga yang bonafid atau menjadi guru di sekolah yang sangat bergengsi, cewek yang saya taksir itu baru mau pacaran (bahasa islaminya taarufan) dengan saya.
Berhubung postingan kali ini ada kaitannya dengan postingan saya sebelumnya. Masalah percintaan saya ini tentu ada hubungannya dengan perjalanan bisnis saya. Di postingan sebelumnya saya sempat bercerita, bahwa di bulan suci ramadhan tahun 2010, saya mulai menata hidup saya. Mulai merubah cara pandang dan paradigma berfikir saya dalam menjalani kehidupan. Nah, salah satu alasan, atau lebih tepatnya lagi salah satu pelecut (daya ungkit) saya bisa berubah seperti ini karena saya tidak mau terus-terusan terpuruk. Sekedar informasi, bulan suci ramadhan tahun 2010 itu saya mengalami patah hati alias broken heart karena diputusin sama orang yang saya sayangi tanpa alasan yang jelas.
Jika mengingat saat-saat itu, terus terang, saya merasa sakit hati. Bagaimana tidak, ketika saya memutuskan memilih dia sebagai pacar saya yang terakhir. Dalam arti saya ingin serius sama dia, saya ingin menikah sama dia (dia juga suka mengutarakan isi hatinya bahwa dia ingin serius sama saya, tidak mau main-main) entah kenapa tiba-tiba dia mengirim surat sama saya. Isi suratnya benar-benar menyakitkan. Dia memutuskan saya tanpa alasan yang jelas. Alasan yang menurut saya sangat dibuat-buat.
Kenapa postingan saya kali ini saya beri judul SUKSES ITU TIDAK HARUS DENGAN KAMU? Karena saya tidak mau terjebak dalam cinta murahan. Jika orang yang kita sayangi sudah tidak cinta lagi sama kita, sudah tidak sayang lagi sama kita. Apakah kita harus jadi laki-laki cengeng? Apakah kita harus bertekuk di hadapannya, lantas mengemis cinta darinya? Saya bukan cowok seperti itu. Saya punya jalan sendiri. Saya adalah pemimpin. Saya bisa sukses dan bahagia dengan atau tanpa dia.
NB. Seandainya mantan saya itu tahu saya punya blog pribadi, dan dia membaca postingan saya ini. Saya ingin mengatakan sesuatu sama dia, bahwa keputusan dia memutuskan saya saat itu adalah keputusan yang salah. Karena, tanpa sepengetahuan dia, saya bisa jadi laki-laki (suami) yang dia inginkan.
Kalau soal ditolak. Seingat saya, saya hanya dua kali ditolak, itu pun dengan alasan yang cukup logis. Pertama, saya tidak tahu diri, suka sama cewek cantik yang status ekonominya di atas saya. Ke dua, saya salah orang, suka sama cewek yang prioritas utamanya adalah pendidikan. Setelah lulus kuliah, jadi sarjana, mendapat pekerjaan di sebuah lembaga yang bonafid atau menjadi guru di sekolah yang sangat bergengsi, cewek yang saya taksir itu baru mau pacaran (bahasa islaminya taarufan) dengan saya.
Berhubung postingan kali ini ada kaitannya dengan postingan saya sebelumnya. Masalah percintaan saya ini tentu ada hubungannya dengan perjalanan bisnis saya. Di postingan sebelumnya saya sempat bercerita, bahwa di bulan suci ramadhan tahun 2010, saya mulai menata hidup saya. Mulai merubah cara pandang dan paradigma berfikir saya dalam menjalani kehidupan. Nah, salah satu alasan, atau lebih tepatnya lagi salah satu pelecut (daya ungkit) saya bisa berubah seperti ini karena saya tidak mau terus-terusan terpuruk. Sekedar informasi, bulan suci ramadhan tahun 2010 itu saya mengalami patah hati alias broken heart karena diputusin sama orang yang saya sayangi tanpa alasan yang jelas.
Jika mengingat saat-saat itu, terus terang, saya merasa sakit hati. Bagaimana tidak, ketika saya memutuskan memilih dia sebagai pacar saya yang terakhir. Dalam arti saya ingin serius sama dia, saya ingin menikah sama dia (dia juga suka mengutarakan isi hatinya bahwa dia ingin serius sama saya, tidak mau main-main) entah kenapa tiba-tiba dia mengirim surat sama saya. Isi suratnya benar-benar menyakitkan. Dia memutuskan saya tanpa alasan yang jelas. Alasan yang menurut saya sangat dibuat-buat.
Kenapa postingan saya kali ini saya beri judul SUKSES ITU TIDAK HARUS DENGAN KAMU? Karena saya tidak mau terjebak dalam cinta murahan. Jika orang yang kita sayangi sudah tidak cinta lagi sama kita, sudah tidak sayang lagi sama kita. Apakah kita harus jadi laki-laki cengeng? Apakah kita harus bertekuk di hadapannya, lantas mengemis cinta darinya? Saya bukan cowok seperti itu. Saya punya jalan sendiri. Saya adalah pemimpin. Saya bisa sukses dan bahagia dengan atau tanpa dia.
NB. Seandainya mantan saya itu tahu saya punya blog pribadi, dan dia membaca postingan saya ini. Saya ingin mengatakan sesuatu sama dia, bahwa keputusan dia memutuskan saya saat itu adalah keputusan yang salah. Karena, tanpa sepengetahuan dia, saya bisa jadi laki-laki (suami) yang dia inginkan.