Kisah Cinta Dude dan Gendis, Suka Main di Belakang
SALAH satu karyawan ayah saya, sebut saja namanya Dude, naksir sama Gendis anak tetangga. Saking naksirnya dia sampai tergila-gila. Sayangnya, Gendis sikapnya dingin. Dibilang suka, nggak. Dibilang nggak suka juga, nggak. Setiap Dude gajian. Dia selalu ngasih apa saja yang Gendis minta. Tapi kalau Dude mau apel ke rumahnya. Gendis selalu menghindar. Gendis tak pernah ada di rumah.
Singkat cerita. Dude sama Gendis menikah. Pernikahan mereka diinisiasi oleh ayah saya dan kedua orang tua Gendis. Pertimbangannya, Dude pemuda yang baik. Kerjanya rajin. Selama bekerja tidak pernah membuat masalah. Orang tua Gendis pun merestui. Disamping Gendis sudah cukup umur buat menikah. Kalau ada pemuda yang serius ingin menikahi anaknya kenapa harus ditunda-tunda.
Masalah kemudian muncul ketika mereka, Dude dan Gendis, sudah dikarunia seorang anak. Setiap hari mereka selalu cekcok. Setiap hari mereka selalu bertengkar. Dasarnya karena Gendis tidak cinta. Hal-hal kecilpun selalu dijadikan alasan mereka buat bertengkar. Dude pun akhirnya kehilangan kesabaran. Dia minggat selama berhari-hari, pulang ke kampung halamannya, nggak kerja lagi di rumah orang tua.
Selama Dude pergi. Selentingan kita dengar kabar. Gendis suka ngelayab. Beberapa tetangga kerap memergoki Gendis sering ketemuan atau jalan dengan laki-laki lain. Namanya tetangga. Lihat wanita yang sudah bersuami jalan dengan orang asing pastilah jadi gosip. Entah dapat info dari siapa. Gosip itu pun konon sampai juga ke telinga Dude. Dude, yang dasarnya masih sayang, akhirnya balik. Rujuk lagi sama Gendis.
Kurang lebih dua tahun mereka hidup rukun. Dude dan Gendis dikaruniai anak lagi. Yang pertama anaknya perempuan. Yang kedua anaknya laki-laki. Begitu menginjak usia 3 tahun. Mereka bertengkar hebat lagi. Dude kabur lagi. Balik lagi ke kampung halamannya. Padahal, saat itu, Gendis sedang hamil anak ke tiga. Penyebab pertengkaran mereka masih sama. Pernikahan yang tidak didasari rasa cinta. Ditambah embel-embel Gendis suka main di belakang.
Akhir cerita. Pernikahan mereka sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Dude dan Gendis memutuskan untuk bercerai. Dude nggak pernah kembali. Kita kehilangan komunikasi. Sementara Gendis sudah menikah dan bercerai sebanyak dua kali. Pada saat artikel ini saya tulis. Gendis yang berstatus janda tinggal dan kerja di salah satu objek wisata. Anak pertama sudah menikah. Anak kedua sekarang tinggal bersama kakeknya.
Anak ketiga yang perempuan. Sampai sekarang tidak diakui oleh Dude. Begitu lahir anak itu langsung diadopsi oleh orang lain. Anak itu sekarang tumbuh menjadi gadis cantik. Yang bikin saya heran. Anak kedua, wajahnya tidak mirip Dude, tapi diakui sebagai anaknya. Sementara anak yang ketiga, yang wajahnya mirip sekali dengan Dude, tidak diakui sebagai anaknya? Kelak, ketika anak itu mau menikah, siapa yang berhak menjadi walinya?
Singkat cerita. Dude sama Gendis menikah. Pernikahan mereka diinisiasi oleh ayah saya dan kedua orang tua Gendis. Pertimbangannya, Dude pemuda yang baik. Kerjanya rajin. Selama bekerja tidak pernah membuat masalah. Orang tua Gendis pun merestui. Disamping Gendis sudah cukup umur buat menikah. Kalau ada pemuda yang serius ingin menikahi anaknya kenapa harus ditunda-tunda.
Masalah kemudian muncul ketika mereka, Dude dan Gendis, sudah dikarunia seorang anak. Setiap hari mereka selalu cekcok. Setiap hari mereka selalu bertengkar. Dasarnya karena Gendis tidak cinta. Hal-hal kecilpun selalu dijadikan alasan mereka buat bertengkar. Dude pun akhirnya kehilangan kesabaran. Dia minggat selama berhari-hari, pulang ke kampung halamannya, nggak kerja lagi di rumah orang tua.
Selama Dude pergi. Selentingan kita dengar kabar. Gendis suka ngelayab. Beberapa tetangga kerap memergoki Gendis sering ketemuan atau jalan dengan laki-laki lain. Namanya tetangga. Lihat wanita yang sudah bersuami jalan dengan orang asing pastilah jadi gosip. Entah dapat info dari siapa. Gosip itu pun konon sampai juga ke telinga Dude. Dude, yang dasarnya masih sayang, akhirnya balik. Rujuk lagi sama Gendis.
Kurang lebih dua tahun mereka hidup rukun. Dude dan Gendis dikaruniai anak lagi. Yang pertama anaknya perempuan. Yang kedua anaknya laki-laki. Begitu menginjak usia 3 tahun. Mereka bertengkar hebat lagi. Dude kabur lagi. Balik lagi ke kampung halamannya. Padahal, saat itu, Gendis sedang hamil anak ke tiga. Penyebab pertengkaran mereka masih sama. Pernikahan yang tidak didasari rasa cinta. Ditambah embel-embel Gendis suka main di belakang.
Akhir cerita. Pernikahan mereka sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Dude dan Gendis memutuskan untuk bercerai. Dude nggak pernah kembali. Kita kehilangan komunikasi. Sementara Gendis sudah menikah dan bercerai sebanyak dua kali. Pada saat artikel ini saya tulis. Gendis yang berstatus janda tinggal dan kerja di salah satu objek wisata. Anak pertama sudah menikah. Anak kedua sekarang tinggal bersama kakeknya.
Anak ketiga yang perempuan. Sampai sekarang tidak diakui oleh Dude. Begitu lahir anak itu langsung diadopsi oleh orang lain. Anak itu sekarang tumbuh menjadi gadis cantik. Yang bikin saya heran. Anak kedua, wajahnya tidak mirip Dude, tapi diakui sebagai anaknya. Sementara anak yang ketiga, yang wajahnya mirip sekali dengan Dude, tidak diakui sebagai anaknya? Kelak, ketika anak itu mau menikah, siapa yang berhak menjadi walinya?