Rumah Impian
SETIAP pasangan yang baru menikah. Selain menginginkan segera dapat momongan. Mereka juga pasti menginginkan segera memiliki rumah. Itu adalah hal yang wajar. Gambaran idealis rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warrahmah adalah
memiliki anak yang sehat dan lucu. Memiliki rumah baru, kecil atau besar tergantung persepsi, yang penting ada kamar, ruang tamu, dapur, kamar mandi, garasi tempat nyimpan motor dan mobil, plus taman yang indah untuk bermain.
Pasangan yang baru menikah atau sering kita sebut pengantin baru biasanya terbagi ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama, setelah menikah terpaksa tinggal di pondok mertua indah. Kelompok kedua, mencoba mandiri dengan tinggal di kontrakan. Kelompok ketiga, langsung pindah ke rumah sendiri. Rumahnya bisa pemberian (warisan) dari orang tua. Atau berkat usaha (hasil jerih payah) semasa lajang. Dibanding kelompok satu dan dua, kelompok tiga ini persentasinya sangat kecil. Jarang ada pemuda atau pemudi yang sukses dan mapan saat masih lajang.
Untuk bisa mendapatkan rumah perjuangannya benar-benar berat. Kalau kita berhitung secara logika dengan mengukur kondisi perekonomian kita. Memiliki rumah impian itu memerlukan waktu sekian tahun. Di tempat tinggal Anda mungkin ada contoh bagaimana pasangan suami istri berhasil membangun sebuah rumah dengan cara mencicil. Beli tanah dulu. Beli pasir dulu. Beli semen dulu. Bikin pondasi dulu. Mereka benar-benar menikmati prosesnya.
Tapi ada juga pasangan yang baru menikah setahun dua tahun sudah memiliki rumah. Pasang tersebut biasanya menggunakan jalan pintas seperti ambil perumahan. Uang mukanya bisa dari tabungan mereka. Atau dari pemberian orang tua/mertua. Angsuran perbulannya dicicil dengan menggunakan gaji atau penghasilan pasangan tersebut setiap bulannya. Pada postingan kali ini saya tidak akan memberikan tips bagaimana caranya agar kita bisa mendapatkan rumah dengan mudah.
Di artikel ini saya hanya ingin berbagi. Kalau kita sudah lama menikah tapi masih tinggal di pondok mertua indah atau masih suka pindah-pindah kontrakan. Mungkin visi dan misi kita saat menikah dulu harus direfresh ulang. Tanya pada diri sendiri. Komunikasikan secara terbuka dengan suami atau istri. Tujuan rumah tangga kita itu mau apa? Jika jawabannya sudah ketemu. Segera bikin komitmen. Yang sedang berbisnis. Bisnisnya diperbaiki. Produk dan pelayanannya ditambah. Yang masih kerja sebagai karyawan. Tidak ada salahnya mencoba jadi wiraswasta. Atau pindah kerja ke perusahaan yang gajinya lebih menjanjikan agar kita bisa segera mendapatkan rumah yang kita cita-citakan.