Kangen Marbot Di Kampung
SAYA belum bisa konsisten sholat shubuh di masjid. Dalam semingu pasti selalu ada yang bolong. Jika dalam seminggu bolong satu kali. Dalam sebulan berarti empat kali. Tapi hitungannnya tidak selalu begitu. Kadang kurang kadang lebih. Dan itu tidak baik. Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita istiqomah untuk selalu sholat shubuh berjamaah di masjid. Apalagi kalau sudah menjadi imam bagi keluarga. Harus jadi contoh dan teladan untuk istri dan anak-anak.
Saya tidak mau menyalahkan siapa pun. Keimanan saya mungkin masih tipis. Setipis kulit ari. Belum setebal para ulama. Para muadzin. Para marbot. Yang selalu konsisten. Selalu istiqomah. Dari dulu sampai sekarang. Sejak saya kecil sampai saya sudah menikah dan punya anak.
Saya tidak mau menyalahkan siapa pun. Keimanan saya mungkin masih tipis. Setipis kulit ari. Belum setebal para ulama. Para muadzin. Para marbot. Yang selalu konsisten. Selalu istiqomah. Dari dulu sampai sekarang. Sejak saya kecil sampai saya sudah menikah dan punya anak.
Di kampung saya, ada marbot yang usianya sudah tua. Sudah melewati beberapa generasi. Beliau selalu konsisten mengumandangkan adzan lima waktu. Selalu datang ke masjid sebelum ayam berkokok. Tak pernah bosan membangunkan warga lewat speaker masjid. Menyeru warga untuk mengerjakan sholat shubuh berjamaah di masjid. Tapi yang bangun dan datang ke masjid selalu sedikit.
Teman-teman sebayanya sudah pada tutup usia. Tapi beliau masih sehat walafiat. Usianya mungkin di atas tujuh puluh. Saya jadi ingat perkataan nenek. Yang sekarang sudah almarhumah. Kalau kita bangun pagi. Terus mandi pagi. Apalagi kalau mandinya jam tiga dini hari. Tubuh kita akan sehat. Akan kuat. Terhindar dari berbagai macam penyakit.
Saya belum pernah mandi sepagi itu. Kalau pun pernah mungkin satu dua kali. Itu juga pas bulan suci. Tapi beliau, saya pernah menyaksikannya sendiri, jam tiga dini hari. Mandi di kamar mandi masjid. Gebras gebrus. Seperti orang yang mandi siang hari. Padahal itu dini hari. Dan itu beberapa puluh tahun yang lalu. Ketika udara masih segar. Belum tercemar polusi. Air masih bersih. Hawa masih sejuk. Dinginnya air di pagi hari terasa menusuk tulang.
Sekarang saya sudah tidak tinggal di sana lagi. Saya dan keluarga merasa kehilangan. Merasa kangen. Di tempat sekarang saya tinggal tidak ada marbot yang seperti beliau. Yang konsisten mengumandangkan adzan lima waktu. Yang konsisten bangun pada waktu tahrim. Membangunkan orang-orang untuk bangun dan segera pergi ke masjid. Untuk melaksanakan sholat shubuh berjamaah di masjid.