Hidup Itu Pilihan. Kamu Mau Jadi Apa?

Hidup-Itu-Pilihan-Kamu-Mau-Jadi-Apa-1.jpg
KALI ini saya mau cerita tentang masa lalu. Dulu, waktu ayah saya masih punya perusahaan konveksi, ayah saya memiliki karyawan kepercayaan. Namanya Kang Tatang, Kang Oleh, Mang Apip, Mang Yadi, sama satu lagi Kang Afan. Kecuali Kang Afan, semuanya masih tetanggaan. Bahkan sama Mang Yadi, kita masih ada pertalian saudara.


Sebelum saya bercerita lebih jauh, saya jelasin dulu apa saja pekerjaan mereka di perusahaan konveksi ayah saya. Kang Tatang sama Mang Yadi bekerja sebagai penjahit, Kang Oleh bekerja sebagai tukang potong kain, Mang Apip sama Kang Afan bekerja sebagai pegawai dalam. Mang Apip bagian setrika, bikin lubang kancing, dan packing karung. Kang Afan bagian belanja alat-alat kebutuhan jahit, seperti benang jahit, benang obras, kain keras, karet elastis, dan lain-lain.

Hidup-Itu-Pilihan-Kamu-Mau-Jadi-Apa-2.jpg
Karyawan ayah saya sebenarnya banyak, ada sekitar 15 sampai 20 orang. Tapi mereka sering keluar masuk. Saya juga nggak ngerti, karyawan jahit rata-rata kerjanya suka pindah-pindah. Sebulan bekerja di sini. Begitu bayaran (terima gaji), bulan berikutnya pindah ke konveksi lain. Setelah bosan bekerja di konveksi lain, mereka melamar lagi ke konveksi kita. Dan, lucunya lagi, kita masih mau nerima mereka sebagai karyawan. Padahal, sebelumnya mereka sudah keluar.

Kembali ke karyawan kepercayaan tadi. Ke lima orang tersebut adalah karyawan yang paling setia. Dari mulai konveksi ayah saya berdiri sampai konveski ayah saya bangkrut, mereka tidak tergoda untuk pindah ke konveksi lain.

Dari sinilah cerita seru itu kemudian dimulai….

Apa yang terjadi dengan ke lima orang karyawan tersebut setelah perusahaan konveksi ayah saya bangkrut?

Kang Afan pulang ke kampungnya. Terakhir main ke rumah, katanya dia jualan kayu gelondongan. Sekarang saya nggak tahu dia kerja apa karena kita udah lama hilang kontak

Hidup-Itu-Pilihan-Kamu-Mau-Jadi-Apa-3.jpg
Kang Tatang sama Kang Oleh mengikuti jejak ayah saya merintis usaha konveksi dan mereka berdua sekarang sudah berhasil, sudah punya rumah, mobil, dan mesin komputer bordir.

Bagaimana dengan Mang Apip dan Mang Yadi?

Mang Apip sama Mang Yadi nasibnya miris banget. Mang Apip kerja serabutan. Terakhir ketemu sama saya, dia bilang kerja jadi tukang bangunan. Sementara Mang Yadi, setiap hari keliling kampung, menyusuri jalan, mencari barang-barang bekas.

Hidup memang pilihan. Yang menentukan masa depan kita adalah diri kita sendiri. Bukan orang lain. Kang Tatang, Kang Oleh, Mang Apip, Mang Yadi, dan Kang Afan, telah memilih jalan hidupnya sendiri-sendiri. Dari kisah lima orang karyawan tadi, Anda pasti mendapatkan pelajaran. Pertanyaan saya, Anda mau pilih jalan siapa?

Mau ikutin jejak Kang Oleh sama Kang Tatang? Atau mau ikutin jejak Kang Afan, Mang Apip, Mang Yadi?


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url