Laki-Laki Yang Terjebak Di Dalam Teka-Teki
SELEPAS SMA, kuliah di jurusan Bahasa Francis di salah satu Universitas terkemuka, hanya membuat dia semakin mengigau layaknya orang gila. Di dalam dirinya, tak ada lagi yang harus dia pecahkan selain teka-teki yang dia ciptakan sendiri. Teka-teki itu bersampul gambar perempuan yang sempat mengajaknya saling bertelanjang di sebuah kosan di kota yang penuh dengan kembang. Tiap waktu, teka-teki itu berusaha dia pecahkan sambil mengukir batu-batu marmer yang dia pungut dari bukit cadas atau sambil main games semalam suntuk di depan komputer Pentium 4 yang dia punya.
Teka-teki itu bertambah rumit ketika ayahnya yang acuh tak acuh malah menceraikan ibunya yang cantik hanya gara-gara ibunya jualan warung makan. Pada suatu malam, ketika teka-teki itu benar-benar tak bisa dia pecahkan, ketika di rumahnya tak ada siapa-siapa lagi kecuali dirinya sendiri dengan segala kedunguan dan ketololannya (setidaknya itu yang dia rasakan saat itu) dia kemudian mengobrak-abrik isi lemari, mencari-cari jawaban teka-teki di antara buku-buku, kamus, kliping, novel, cerpen, puisi, makalah, diary, tapi tetap saja tak bisa ketemu.
Di antara tumpukan buku-buku yang menguning dan berdebu itu dia malah bertemu lagi dengan gadis cantik yang jadi foto sampul teka-tekinya dan mengajaknya kembali untuk saling bertelanjang. Anehnya, jika dulu dia menolaknya karena alasan agama, saat itu dia malah membuka baju dan celananya duluan sambil berteriak; “agamalah yang membuat diriku terkekang!”
………….ketika dia sedang asyik bercumbu dengan gadis teka-tekinya di atas ranjang (tentu saja dalam kondisi telanjang) yang konon sebentar lagi dia akan merasakan orgasme terhebat dalam sejarah hidupnya, sekonyong-konyong ayah dan ibunya datang bersama orang-orang mendobrak pintu kamar. Ketika selangkah lagi dia sampai di puncak kenikmatan. Ayah, ibu, dan para tetangga yang datang justru melihat dia bukan sedang bermesraan dengan gadis teka-tekinya sembari telanjang….
(…..melainkan sedang membakar dirinya sendiri di sudut kamar bersama ratusan buku pelajaran yang dia dapatkan selama bertahun-tahun di bangku perkuliahan…………)
Teka-teki itu bertambah rumit ketika ayahnya yang acuh tak acuh malah menceraikan ibunya yang cantik hanya gara-gara ibunya jualan warung makan. Pada suatu malam, ketika teka-teki itu benar-benar tak bisa dia pecahkan, ketika di rumahnya tak ada siapa-siapa lagi kecuali dirinya sendiri dengan segala kedunguan dan ketololannya (setidaknya itu yang dia rasakan saat itu) dia kemudian mengobrak-abrik isi lemari, mencari-cari jawaban teka-teki di antara buku-buku, kamus, kliping, novel, cerpen, puisi, makalah, diary, tapi tetap saja tak bisa ketemu.
Di antara tumpukan buku-buku yang menguning dan berdebu itu dia malah bertemu lagi dengan gadis cantik yang jadi foto sampul teka-tekinya dan mengajaknya kembali untuk saling bertelanjang. Anehnya, jika dulu dia menolaknya karena alasan agama, saat itu dia malah membuka baju dan celananya duluan sambil berteriak; “agamalah yang membuat diriku terkekang!”
………….ketika dia sedang asyik bercumbu dengan gadis teka-tekinya di atas ranjang (tentu saja dalam kondisi telanjang) yang konon sebentar lagi dia akan merasakan orgasme terhebat dalam sejarah hidupnya, sekonyong-konyong ayah dan ibunya datang bersama orang-orang mendobrak pintu kamar. Ketika selangkah lagi dia sampai di puncak kenikmatan. Ayah, ibu, dan para tetangga yang datang justru melihat dia bukan sedang bermesraan dengan gadis teka-tekinya sembari telanjang….
(…..melainkan sedang membakar dirinya sendiri di sudut kamar bersama ratusan buku pelajaran yang dia dapatkan selama bertahun-tahun di bangku perkuliahan…………)