Kasih Sayang Seorang Ibu



kasih-sayang-seorang-ibu
SAYA yakin, siapa pun, di belahan bumi mana pun, pasti akan setuju. Yang namanya Ibu, selain Ayah tentunya, adalah sosok yang paling berharga dalam sejarah hidup kita. Tanpa seorang Ibu, kita tak mungkin lahir ke dunia. Tanpa seorang Ibu, kita tak mungkin sukses dan bahagia seperti saat ini. Sadar atau tidak, ini yang jadi masalah, kita sering melupakan pengorbanan seorang Ibu.

Ambil contoh, saat kita disuruh Ibu pergi ke warung membeli sesuatu, pernahkah kita menurutinya? Atau ketika Ibu kita butuh duit entah untuk membeli apa, pernahkah kita memberi/meminjamkan uang kepadanya? Bila jawabannya pernah, masih sebandingkah perlakuan dan pemberian kita dengan pengorbanannya terhadap kita selama ini? Tidak, sahabatku. Pengorbanan seorang Ibu jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pemberian kita yang tak seberapa itu.
Saya tak akan membahas panjang lebar bagaimana perjuangan seorang Ibu saat mengandung dan melahirkan kita. Saya hanya ingin bercerita, bagaimana gara-gara teringat akan seorang Ibu, seorang anak yang tadinya punya kepribadian keras, tiba-tiba menjadi lunak. Seorang anak yang tadinya gemar bermaksiat, tiba-tiba menjadi ahli taubat. Ini benar-benar fakta, karena sahabat saya sendiri yang mengalaminya.

Suatu hari, karena jualannya ingin laris, perusahaan bordirnya tidak ingin mengalami krisis, sahabat saya itu mendatangi seorang Kyai untuk meminta doa dan petuah. Lantas, apa yang dikatakan oleh Kyai itu pada sahabat saya? Sungguh di luar perkiraan. Pada sahabat saya, Kyai itu bilang, “Kalau dagangannya ingin laris, perusahaan yang kita kelola tidak bangkrut, jangan sekali-kali menyakiti Ibu!”

Persoalannya, Ibu sahabat saya itu sudah meninggal. Bagaimana Ibunya bisa tersakiti. Raut wajah Ibunya seperti apa juga sahabat saya tidak tahu. Ibu sahabat saya itu meninggal waktu sahabat saya masih kecil, masih bayi. Melihat sahabat saya kebingungan. Kyai itu kemudian melanjutkan, “Kalau kamu masih suka mempermainkan wanita, masih suka (maaf) berzina. Ibumu itu akan terus disiksa di dalam kubur oleh Malaikat!” Mendengar omongan seperti itu, sahabat saya pun langsung menangis. Karena tak bisa membayangkan, betapa menderitanya Ibunya di sana.

Dari kisah ini, terlepas dari masalah keyakinan dan kepercayaan kita masing-masing, saya mendapat kesimpulan. Atau lebih tepatnya sebuah pencerahan. Jika apa yang dikatakan oleh Kyai itu benar. Bahwa sekecil apa pun dosa atau kesalahan yang dilakukan oleh anaknya di dunia, Ibunya yang di alam kubur ikut menanggung akibatnya. Pertanyaan saya, “Bagaimana kalau anaknya itu seorang Koruptor?”

Sungguh, alangkah durhakanya dia terhadap Ibunya.
Next Post Previous Post
2 Comments
  • HP Yitno
    HP Yitno 30 Juni 2013 pukul 07.43

    sampai kapan pun jasa dan kasih sayang ibu nggak akan pernah terbalas.

  • Loker Priangan
    Loker Priangan 28 Agustus 2013 pukul 08.29

    setuju mas, berbahagia lah kita yang ibunya masih hidup masih ada bersama kita. berbuat baiklah senantiasa kepadanya.

Add Comment
comment url