Selamat Jalan, Uje! (Mengenang Almarhum Ustadz Jefry Al Buchori)
KAMIS malam tanggal 25 April 2013, waktu saya berangkat ke mesjid mau melaksanakan shalat isya, saya merasa ada sesuatu yang aneh. Saya melihat purnama tapi seperti bukan purnama. Cahayanya begitu redup. Tak seterang seperti biasanya. Aneh sekali pokoknya. Padahal di sekelilingnya tak ada kabut. Selain itu, udaranya juga terasa dingin. Sampai-sampai tubuh saya menggigil. Padahal malam itu tidak turun hujan. Saat menatap purnama itu, tentunya sambil menahan gigil, saya sempat berujar, “Ada apa ya? Kayak ada sesuatu?”
Jumat dini hari, tanggal 26 April 2013, pertanyaan saya tentang purnama itu akhirnya terjawab. BB saya dibanjiri broadcast yang mengabarkan kalau Ustadz Jefry Al Buchori meninggal dunia karena kecelakaan. Di situlah saya baru tahu. Kenapa purnama itu redup sekali cahayanya. Ternyata dia mengirimkan isyarat pada kita, bahwa malam itu seorang kekasih Alloh, akan pergi meninggalkan kita. Dan sebagai ciptaan Alloh, Purnama juga mungkin merasa berduka.
Tapi, waktu itu saya masih tidak percaya. Masa sih Uje meninggal? Paginya, waktu saya nonton berita di Indosiar, baru deh saya percaya kalau Uje sudah meninggal. Dan jujur, sebagai pribadi saya merasa sangat kehilangan. Siapa pun kita, khususnya umat muslim di Indonesia, pasti akan merasa kehilangan. Kepergiannya yang mendadak, membuat kita semua merasa terkejut.
Lewat blog saya ini, saya tidak akan bicara panjang lebar tentang siapa Uje, sepak terjang Uje baik sebelum atau sesudah Uje terjun di dunia dakwah. Karena semua umat muslim di Indonesia pasti sudah tahu siapa Uje. Media-media juga, setelah kepergiannya banyak yang membahas tentang Uje. Lewat blog ini saya hanya ingin mengingatkan pada teman-teman, bahwa begitulah maut. Waktu, tempat, dan caranya memanggil kita, sungguh tidak bisa kita perkirakan.
Sebelum saya mengakhiri artikel saya ini, saya jadi teringat sama ucapan Nenek saya dulu sebelum beliau wafat. Kalau tidak salah Nenek saya bilang seperti ini: “Kalau orang baik itu, umurnya suka tidak panjang”
InsyaAlloh, Uje termasuk orang baik, kekasih Alloh. Makannya Alloh SWT cepat-cepat memanggilnya. Hikmah yang bisa kita ambil dari kepergian Uje. Almarhum pasti akan senang jika kita bukan sekedar memasang fotonya di profil BB atau Facebook, mengirim status/broadcast sebagai tanda berduka atau ucapan bela sungkawa pada semua orang. Tapi, mulai hari ini, mulai detik ini, kita harus berusaha menjadi muslim/muslimah yang baik.
Jika kita kagum sama Uje, sayang sama Uje, mari kita teruskan perjuangannya. Mari kita berlomba-lomba menjadi muslim/muslimah yang baik, yang bisa bermanfaat bagi semua orang. InsyaAlloh, suatu hari nanti, kita semua pasti akan menyusul Uje.
“Selamat jalan, Uje! Semoga engkau mendapat tempat yang terbaik di sisi-Nya. Amiin.”